Gempa bumi dan Tsunami yang melanda kawasan pesisir selatan Jawa pada 17 Juli 2006 lalu semakin menegaskan kebutuhan akan informasi keadaan alam dan perkembangan cuaca. Hal inilah yang mendorong Walhi Jabar mengembangkan Radio Komunitas sebagai alternatif media yang berfungsi sebagai sumber informasi yang mudah diakses secara luas, dan sebagai sarana edukasi serta pemulihan trauma bencana.
Kebutuhan akan informasi yang bisa dipercaya dan dapat diakses secara luas dalam lingkungan bencana akhirnya direspon oleh Walhi Jabar (Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat) dengan menghadirkan 107'7 FM Radio Komunitas Suara Pangandaran Darurat Recovery. Radio ini memberikan layanan informasi terkait perkembangan cuaca dan kondisi alam yang dimulai sejak minggu-minggu pertama pasca bencana gempa dan tsunami Pangandaran.
Rakom (Radio Komunitas) terletak di Jalan Kidang Pananjung 121 Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Jangkauan siarannya cukup jauh, meliputi wilayah kecamatan Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang dan Cimerak, wilayah pesisir Ciamis Selatan, bahkan sampai ke daerah Lankap Lancar, yaitu perbatasan Kabupaten Ciamis, Kotamadya Banjar dan Kabupaten Tasikmalaya ke arah timur.
Sejak mulai mengudara 10 Agustus 2006 lalu, Rakom telah mengadakan beragam aktivitas baik on air maupun off air. Selain menyiarkan informasi bencana, Rakom juga mengadakan dialog warga dan pelatihan bencana ke sekolah-sekolah. Rakom juga memperingati Hari Bersih Pantai Sedunia tanggal 19 September 2006 lalu. Kegiatan yang dilakukan adalah bersih-bersih pantai degan melibatkan masyarakat dan siswa SMU sekitar Pandaran yang jumlahnya mencapai 300 orang.
Rakom, Edukasi dan Pemulihan Trauma Bencana
Program yang berjalan sejauh ini tidak berbeda dengan umumnya stasiun radio. Kegiatan lebih ditekankan pada edukasi dan informasi kebencanaan, terutama di sekitar Jabar Selatan.
Yang menarik, setiap akhir pekan Rakom mengadakan kegiatan belajar bahasa Inggris ke pantai bersama anak-anak sekitar. Menurut Dadang Sudardja, Kepala Studio Rakom Suara Pangdaran, kegiatan ini selain mendidik juga berfungsi sebagai sarana pemulihan trauma pasca bencana. “Selama Ramadhan setiap sore (Rakom) ada kegiatan di bebagai masjid, menyiarkan kotbah ustadz ataupun (kegiatan) di sekolah-sekolah,” tambah Dadang.
Denny Jasmara, anggota Dewan Penyiaran Komunitas Rakom Suara Pangandaran, menerangkan, Rakom memiliki program khusus untuk pemulihan bencana yaitu Recovery Forum for All. Acara ini membahas percepatan pemulihan pasca bencana dan menghadirkan berbagai nara sumber yang akan berdialog langsung dengan masyarakat melalui sms atau telepon. “Diusahakan setiap tema yang diangkat memfasilitasi kepentingan masyarakat korban bencana dengan memberikan informasi seperti kebijakan pemerintah, upaya warga dan lain-lain,” jelas Denny.
Denny menambahkan Rakom juga memberikan layanan data dan informasi yang dibutuhkan korban bencana seperti pihak mana yang akan menyelenggarakan kegiatan dan program bantuan. “Kepentingan masyarakat korban selalu dikomunikasikan, misalnya soal kepentingan pengungsi, tentang ketersediaan pangan dan kebutuhan lainnya.”
Radio ini juga memiliki tim lapangan yang menjadi pendamping masyarakat korban dan bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Misalnya mendorong warga untuk bergotong-royong saat membangun perbaikan sarana sanitasi. Para pendampig lapangan juga memberikan pelatihan trauma healing khususnya kepada anak - anak dan ibu-ibu, dibantu oleh para relawan yang dikoordinir oleh Rakom.
Selama ini, Rakom masih mengandalkan relawan sebagai pengisi informasi. Sumber daya manusia memang salah satu kendala yang dihadapi Rakom. Namun, warga sudah mulai berpartisipasi dengan menyumbang informasi melalui sms ataupun telepon, kemudian disiarkan di radio. Kedepannya, wargalah yang diharapkan lebih aktif.
Kendala lain juga terdapat di pendanaan. Sebagai radio komunitas non-profit, Rakom tidak diperbolehkan menerima iklan komersil. Maka tim Rakom harus bekerja keras mencari sumber pendanaan alternatif baik dari iklan layanan masayarakat maupun bantuan dana.
Dibalik Rakom
Rakom terselenggara atas inisiatif Walhi Jabar, KPID Jabar dan Jaringan Radio Komunitas Jabar. Dukungan juga didapat dari KONUS (Konservasi Alam Nusantara) yang memberikan bantuan seperangkat komputer. Pendengar Radio Mara FM, Bandung juga menyumbangkan 30 radio transistor yang dibagikan ke posko-posko pengungsi antara lain di posko Kecamatan Pangandaran, dan Kecamatan Sidamulih.
Komunitas lain yang juga memberi dukungan adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) di wilayah Ciamis Selatan, Komunitas Majlis Taqlim, Karang Taruna, dan Pusat Pendidikan Lingkungan Pesisir Pangandaran. Secara kelembagaan mereka menjadi Dewan Penyiaran Komunitas dan juga sebagai pengguna/pemanfaat dan pengisi program radio.
Selain Dewan Penyiaran Komunitas, telah dibentuk pula BPPK (Badan Pelaksana Penyiaran Komunitas). BPPK terdiri dari Kepala Studio, Kesekretariatan, Divisi Program, Divisi Jurnalistik dan Pemberitaan, Divisi Usaha, Divisi Teknik, serta Divisi Umum dan Kepenyiaran.
Diharapkan dengan hadirnya Rakom Suara Pangadaran ini, masyarakat sekitar bisa mendapatkan informasi seputar bencana secara lebih detail. Selain itu program yang ada memang dirancang agar masyarakat bisa saling bertukar gagasan. Hal ini sesuai dengan tujuan Rakom sebagai mediator dan artikulator serta corong bagi suara warga. Maka, keterlibatan lokal adalah yang utama. Dadang pun menyatakan harapannya agar radio ini makin memberdayakan warga dan menghasilkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik khususnya di daerah bencana tersebut.
Tertarik dengan kegiatan yang diadakan Rakom, bermaksud memberikan dukungan, atau ingin sharing dan berbagi pengalaman? Rakom Suara Pangandaran bisa dihubungi di alamat/no kontak sebagai berikut:
Dadang Sudardja - Kepala Studio Rakom Suara Pangandaran
Jl. Kidang, Pananjung 121
Pangandaran, Kabupaten Ciamis
Telp/Fax 0265 - 630 7777
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar