Jumat, 21 Desember 2007

Selamatkan Lingkungan

Kalo Belia rajin baca koran dan sering mantengin berita-berita di TV, harusnya Belia ngeh kalo Kota Bandung ini punya masalah yang cukup serius soal lingkungannya. Enggak usah lihat di koran atau media lainnya deh. Jalan-jalan aja deh keliling Bandung, dan perhatiin gejala-gejalanya.
Saat hujan, banyak banget ruas-ruas jalan yang digenangi air, bahkan kebanjiran. Soal sampah, coba deh Belia main ke daerah pasar Ciroyom atau pasar lain. Busyet, itu mah banyak banget sampah yang ngegunung tiap harinya. Lalu soal kebersihan udara, coba deh tanya ke ortu atawa guru yang udah tinggal di Bandung dari dulu. belia jamin kalo semuanya bakal bilang kalo Bandung tambah panas dan udaranya udah enggak sebersih dulu lagi.
Emang bener gitu masalah lingkungan di Bandung serius?
Yee, jangan salah! Ini emang jadi masalah bersama. Dan Belia sebagai warga Kota Bandung yang baik, kudu mulai merhatiin issue ini secara serius, dan mulai memperbaikinya dari sekarang. Ayo coba kita telaah beberapa masalah lingkungan yang kayaknya udah sering banget Belia denger, tapi kebanyakan sampai sekarang masih belum beres juga.
Soal sampah, Belia tahu kan kalo masyarakat dipungut retribusi oleh Dinas Kebersihan? Kalo ngobrol-ngobrol dengan Mas Rohadji Trie, praktisi lingkungan yang juga punya acara lingkungan di Radio Rase, ini adalah sepenuhnya tanggung jawab aparat yang terkait. Pria yang akrab disapa Mas Aji ini bilang, sebenernya hak untuk mengolah sampah itu ada di tangan masyarakat. "Masyarakat kan dipungut biaya untuk kebersihan. Nah, begitu hak masyarakat ini diambil, tentunya pemerintah harusnya ngejalanin tanggung jawabnya," jelas Mas Aji yang aktif di sejumlah LSM lingkungan seperti WALHI, POKLAN, dan Katur Nagari ini.
Pengolahan sampah emang kudu jadi perhatian masyarakat, selain pemerintah yang punya tanggung jawab. Yang jadi masalah, pola pikir kita terhadap sampah itu sendiri. Yasmin Kartikasari, ketua acara Kebunku dari Teknik Lingkungan ITB angkatan 2000 (lihat boks) ngelihat kalo masyarakat memandang kalo sampah adalah sesuatu yang dihindarin banget.
"Kayaknya sampah itu udah jadi sesuatu yang hina, jadi saat kita udah membuangnya kita udah nggak mau tahu lagi soal dia (sampah-red). Yang penting, sampah itu hilang dari pandangan kita," tutur cewek yang akrab dipanggil Ami ini. Padahal, sampah itu kudu dikelola dengan baik demi kebaikan masyarakat, dan dengan pengelolaan yang baik, bisa jadi potensi yang besar sebagai lahan rezeki.
Bahkan kemarenan, Kota Bandung sempet enggak punya tempat pembuangan akhir (TPA), enggak heran banyak banget sampah menumpuk. Informasi terakhir yang belia tahu, rencananya Kota Bandung bakalan punya TPA di beberapa daerah seperti Cijapati (Garut), Cirawamekar (Kab. Bandung), dan Cijeruk (Sumedang). Tapi, kalau sampah tadi hanya ditumpuk begitu saja, bukan mustahil kasus TPA Leuwigajah bakal terulang. "Kalau hanya ditumpuk, sampai kapan pun lahan TPA itu tidak akan pernah mencukupi. Mestinya sampah itu harus diolah dengan sistem pengolahan terpadu," ucap Dadang Sudarja, Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye WALHI (Wahana Lingkungan Indonesia) Jawa Barat.
Enggak hanya pemerintah, masyarakat pun harus dibiasakan untuk membedakan mana sampah organik dan non-organik. "Dari yang paling sederhana dulu aja. Membuang sampah pada tempatnya atau tidak melulu menggunakan kantong plastik," tambah Dadang.
Banyak yang nyorotin kalo masalah lingkungan di Bandung banyak disebabkan oleh pembangunan. Di satu sisi, kita membutuhkan pembangunan agar kehidupan masyarakatnya semakin maju, tapi itu berarti kita harus mengorbankan lingkungan hidup yang selama ini menjaga kita. Kebanyakan sih, sampai sekarang lingkungan hidup yang harus mengalah. Liat aja daerah hijau yang kudu ngalah sama jalan, FO, mal, dan kompleks apartemen.
Makanya, pembangunan seperti yang "musuhan" dengan lingkungan, padahal bisa berjalan seiring dengan pembangunan kota. "Katakanlah konteksnya mau ngejadiin kota jasa, kalau Bandung jadi lebih nyaman untuk dikunjungi dengan kondisi bersih, pohonnya hijau, dan udaranya yang bersih, bukannya baik untuk citra kota pula?", demikian pertanyaan retoris dari Mas Aji.
Kalo Kang Dadang bilang, banyaknya kasus alih fungsi lahan seperti itu akhirnya bikin banyaknya bencana alam kayak banjir dan longsor di Indonesia. "Kondisi alam Indonesia memang rawan bencana alam, dengan banyaknya alih fungsi hutan menjadi lahan produksi atau budi daya, akhirnya mengakibatkan bertambahnya kerusakan ekosistem lingkungan," jelas Dadang.
Menurutnya, kini pemerintah harus mulai memikirkan pengembalian fungsi tata ruang secara serius dan masyarakat sedari dini harus mempunyai kesadaran sendiri.
Soal pengalih fungsi lahan hijau, menurut Mas Aji enggak terlalu masalah, asalkan ada penggantinya. "Kalo emang mau nebang pohon, ya enggak apa-apa. Tapi tolong disiapkan penggantinya," tegas pria yang mirip Cok Simbara ini.
Bayangin, yang baru belia share ini baru sebatas soal sampah dan penghijauan Bandung. Coba deh, Belia tahu enggak kalo permukaan tanah di Bandung turun sekira 5-10 cm tiap tahun karena galian sumur artesis yang banyak dari sejumlah mall dan apartemen? Tahu enggak kalo Kota Bandung hanya 55 hari dalam setahun aja yang udaranya layak hirup? Tahu enggak kalau (maaf) air seni Belia dibanjurin ke tumpukan abu gosok bisa ngehasilin pupuk untuk tanaman? Enggak kan?
Untung masih ada temen-temen yang concern soal lingkungan. Pasti belia ngeh sama temanya Pensi SMAN 2 Bandung "Globalbeat" yang ngajak kita buat lebih care sama lingkungan. Udah gitu, pas tanggal 5 ama 12 Februari kemaren, kakak-kakak Belia dari Greeneration Indonesia-TL ITB ngajakin temen-temennya buat ngumpulin kertas dan koran bekas buat dipake nanem tiga ratusan pohon di daerah Kircon.
Enggak perlu sampe bikin even kayak gini, koq. Mulai aja dari diri sendiri dengan yang kecil-kecil. Standar aja, jangan buang sampah sembarangan. Kalo udah bisa, enggak ada salahnya buat ngebantu penghijauan Bandung, yang kalo Mas Aji bilang cukup dengan miara pohon sebiji di dalem pot.Nah, gampang, kan? Yuk ah, barengan kita jaga dan lestarikan lingkungan Kota Bandung!***

astrid/citospace@yahoo.com, syauqy_belia@yahoo.co.ukdari berbagai sumber

Tidak ada komentar: