Rabu, 11 Juli 2007 | 15:45 WIB
TEMPO Interaktif, Purwakarta:Sebanyak 75.000 dari 758.000 hektare luas lahan milik Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kritis. "Sebanyak 20.000 hektare diantaranya bahkan kondisi ekologinya rusak parah," kata Mohamad Komarudin, Kepala Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, di Purwakarta, Rabu (11/7).
Menurut Komarudin, pada tahun ini, pihaknya sedang melakukan upaya reboisasi di lahan seluas 48.700 hektare yang masuk kategori kritis tersebut. "Sisanya, 27 ribu hektare lagi ditargetkan sudah hijau pada 2008," kata Komarudin.
Reboisasi hutan gundul tersebut dilakukan pihak Perhutani bersama-sama dengan masyarakat sekitar lokasi hutan melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat. Penghijauan kembali hutan gundul melalui program tersebut ternyata mampu memperbaiki kondisi hutan lebih cepat.
Data di Perhutani mencatat, kerusakan hutan akibat penjarahan hutan yang membabi-buta pada awal masa reformasi telah menyebabkan gundulnya 160.000 hektare lahan di Jawa Barat dan Banten. Namun sebagain kerusakan telah bisa dipulihkan hingga saat ini tinggal 75.000 hektare yang rusak.
Komarudin mengakui ada kesalahan arah kebijakan pada masa lalu, ketika Perhutani menempatkan masyarakat sekitar hutan sebagai obyek saja. Makanya, pendekatan yang dilakukan sekarang menjadikan masyarakat sebagai subyek langsung. "Mereka menjadi lebih bertanggung jawab," kata Komarudin.
Misalnya, dalam soal menggarap lahan tumpang sari, masyarakat tidak saja dipersilakan menanam tanaman tumpang sari yang produktif. Mereka juga diberi keuntungan hasil pemeliharaan kayu yang ditanamnya bersama Perhutani.
Nanang Sutisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar