jum'at, 21/12/2007 | |||
DISERGAP BANJIR, Hari Raya Idul Adha 1428 H sekaligus hari pertama liburan panjang, siang kemarin, diwarnai banjir bandang dan banjir cileuncang di sejumlah lokasi di Kota dan Kab Bandung, antara lain di Jalan Pagarasih Kota Bandung seperti tampak dalam foto. Ketinggian air mencapai 30 cm–1,5 m mengakibatkan arus kendaraan terhambat sekitar dua jam hingga banjir perlahan-lahan menyurut. BANDUNG (SINDO) – Ratusan rumah di Kota Bandung dan Kota Cimahi kemarin terendam banjir bandang akibat hujan deras yang turun sejak siang.Hujan deras juga menyebabkan banjir cileuncang di beberapa ruas jalan. Lebih dari 200 rumah di Jalan Pagarsih RW 07 Kel Cibadak, Kec Astana Anyar, Kota Bandung, terendam banjir karena Sungai Citepus yang meluap. Banjir mulai menggenangi rumah warga sekitar pukul 15.30 WIB ketika hujan deras masih mengguyur kawasan tersebut. Kondisi itu diperparah meluapnya arus air Sungai Citepus dampak hujan yang juga turun dalam waktu bersamaan di Bandung Utara. Luapan air merendam rumah-rumah warga di RT 01, 02, 03, 04, 10, 11, 12, 14 dan RT 15 dengan ketinggian antara 30 cm hingga 1,7 meter. Banjir juga menggenangi ruas Jalan Pagarsih setinggi lutut orang dewasa. Akibatnya, arus lalu lintas kendaraan benar-benar terhambat sekitar dua jam. Banjir paling parah terjadi di wilayah RT 2 karena berada pada lokasi terendah di pinggir Sungai Citepus. Sebanyak 52 rumah di sana terendam air mencapai 1,7 meter. Ketua RW 07,Wawan, mengatakan, banjir juga terjadi tiga hari lalu akibat hujan deras,tetapi ketinggian air hanya mencapai 50 cm. ”Tapi, hari ini (kemarin) benarbenar di luar dugaan. Hampir semua rumah yang berlokasi lebih rendah dekat sungai, terutama di RT 01, 02, 03, dan 04 terendam hingga 1 meter lebih,” paparnya. Sementara itu, Ketua RT 02/07 Taufik Hidayat mengatakan, banjir setinggi hingga 1,7 meter ini baru pertama kali terjadi. ”Biasanya paling tinggi air mencapai 1 meter,” ujarnya. Menurut dia, ketinggian tebing sungai dari dasar sungai ke dataran rumah warga mencapai 3,5 meter. ”Tapi, air sungai tetap meluap,” kata Taufik. Ketua RT 04 Sopan Sofyan menambahkan,air mulai naik bersamaan dengan turunnya hujan lebat.Warga yang menyadari hal itu langsung sibuk mengamankan perabotan dan peralatan elektronik di dalam rumah mereka.Banjir di Kel Cibadak surut dalam waktu dua jam. Hingga petang kemarin, warga di sana masih terlihat sibuk membersihkan rumah mereka dan membereskan kembali barangbarangnya. Sementara itu, sekitar 100 rumah di Gang Hanafi RT 10/3 Kel Hegarmanah, Kec Cidadap, Kota Bandung, juga terendam banjir sore kemarin.Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun dua warga terluka akibat tertimpa tembok rumah yang jebol dan pecahan kaca. Korban yang terkena pecahan kaca adalah Sapta, 17, sementara korban yang tertimpa tembok rumah bernama Ahmad, 31. Sapta yang menderita luka terkena pecahan kaca dirawat di RS Advent, sementara Ahmad yang tertimpa reruntuhan tembok dirawat di RS AURI Ciumbuleuit. Selain merendam rumah war ga, banjir juga membuat tiga bangunan jebol tergerus air. Dua bangunan merupakan rumah milik Jajang, 45, dan Warsoyo, 63. Sementara satu bangunan lainnya merupakan gedung olahraga (GOR). Dari ketiga bangunan tersebut, rumah milik Warsoyo menderita kerusakan paling parah. Hampir seluruh bangunan bagian depan hancur. Selain itu, sebagian genting rumah berjatuhan. Menurut Ketua RT 10/3 Ook Suparman, banjir terjadi setelah hujan deras mengguyur Kota Bandung selama sekitar 1,5 jam. Saat itu, lanjut Ook,kebanyakan warga sedang berada di Lapangan Hegarmanah, mengikuti kegiatan Idul Adha. Saat warga sibuk menyiapkan daging kurban untuk dibagikan, kata Ook, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari rumah penduduk yang terletak di bawah lapangan. ”Ternyata, seluruh rumah warga kebanjiran. Air naik sangat cepat. Otomatis, kegiatan kurban terhenti. Kami langsung berlari menuju rumah masing-masing. Ternyata tidak ada jalan lagi menuju ke rumah karena ketinggian air sudah mencapai hampir 2 meter,” tutur Ook. Sebagian warga saat itu sudah menyelamatkan diri ke atap-atap rumah mereka, menunggu banjir surut. Sebagian lagi terlihat naik ke daerah yang lebih tinggi. Ook menambahkan, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Cipaganti yang tepat melintasi perumahan warga RT 10/3. Menurut dia, banjir tersebut sudah pernah terjadi pada 2003 dan 2005. Namun, kata Ook, banjir kali ini merupakan yang terparah. ”Gara-gara banjir juga, pembagian hewan kurban jadi terhambat. Dua karung hewan kurban untuk dibagikan hanyut terbawa air dan belum ditemukan, selain itu, data posyandu hilang semua,” sesalnya. Yati, 26, seorang warga yang rumahnya terendam banjir, mengatakan, saat kejadian, dirinya sedang berada di rumah.Tiba-tiba, air Sungai Cipaganti tidak jauh dari rumahnya meluap dan membanjiri rumahnya. Melihat air semakin tinggi,Yati pun berlari ke daerah yang lebih tinggi. ”Kejadiannya berlangsung sangat cepat. Saya tidak sempat menyelamatkan barang-barang karena tahu-tahu air sudah tinggi.Saya langsung keluar rumah bersama warga lainnya. Beberapa terlihat menaiki atap rumah,menghindari luapan air yang terus tinggi. Pokoknya, seluruh barang saya tidak ada yang selamat,” tutur Yati. Sementara itu,Warsoyo,63,yang bagian depan rumahnya rusak tergerus air, mengaku kaget melihat derasnya terjangan air.Warsoyo mengaku sangat bersyukur sempat menyelamatkan cucunya yang baru berusia satu bulan dengan cara menaiki atap rumah.Dia kemudian ditolong oleh warga sekitar. Ketika banjir surut satu jam kemudian, tidak ada satu pun barang di rumahnya yang bisa diselamatkan. ”Semuanya terendam air.Ketinggian air saja sudah mencapai hampir 2 meter,”keluhnya. Berdasarkan pantauan SINDO di lokasi kejadian,sejumlah warga dibantu aparat kepolisian dari Polresta Bandung Tengah tampak bekerja bakti membersihkan Sungai Cipaganti setelah banjir surut. Kondisi Sungai Cipaganti sendiri tampak dipenuhi sampah, termasuk balok kayu dan bambu panjang sehingga aliran sungai terhambat. Sementara warga lainnya tampak membersihkan rumah masing- masing. Luapan air kotor dari Sungai Cipaganti tersebut juga menyisakan lumpur di rumah warga dan sekitar Gang Hanafi.Ketinggian lum- pur mencapai hingga mata kaki. Endapan lumpur tersebut bahkan membuat warga sulit berjalan. Dengan menggunakan sekop dan cangkul,beberapa warga berusaha membersihkan lumpur tersebut. Untuk menghindari korsleting, aliran listrik di wilayah tersebut dimatikan.Beberapa warga,terutama anak kecil dan kaum ibu, mengungsi di Masjid Asyi Syukrilah, tidak jauh dari lokasi rumah yang terendam banjir. Beberapa ibu tampak menyiapkan dapur umum untuk makan warga yang rumahnya menjadi korban banjir. Sementara itu, banjir cileuncang dengan ketinggian air 10–20 cm tampak di Jalan Pagaarsih, Jalan Jamika, Jalan Gunung Batu, Jalan Cihampelas, Jalan Setiabudi, Jalan Otista dekat Lapangan Tegallega, Jalan BKR, Jalan Peta, Jalan Katamso, Jalan Taman Pramuka, Jalan WR Supratman, dan Jalan Ciliwung. Sejumlah mobil mogok mengakibatkan kemacetan parah selama sekitar satu jam. Hujan deras kemarin juga membuat tanggul Sungai Cisegel sepanjang 10 meter jebol. Ini mengakibatkan 75 rumah di Kampung Sukagalih dan Blok Dam,Kel Melong,Kec Cimahi Selatan,Kota Cimahi,terendam air dengan ratarata ketinggian mencapai 1–1,5 meter. Sungai Cisegel yang meluap juga menggenangi sejumlah rumah di Kel Cijerah, Kec Bandung Kulon,Kota Bandung. Sekitar 10 rumah dan empat jongko milik warga ambruk. Sementara sisanya selamat karena letaknya lebih jauh dari sungai. Seorang warga setempat, Maman Banser, 40,mengungkapkan,tanggul Sungai Cisegel ambrol sekitar pukul 16.00 WIB karena tak mampu menahan derasnya air. ”Banjir tersebut menyisakan sampah dan gundukan lumpur setebal 4 cm. Di rumah saya, air sampai 2 meter tingginya. Saya tidak sempat membawa semua barangbarang. Rumah saya langsung roboh. Sekarang, saya dan keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang aman di Cijerah,”aku Maman. Menurut dia, banjir kali ini merupakan peristiwa terbesar dalam setahun terakhir. Biasanya, banjir tidak sampai menjebolkan rumah dan hanya mencapai ketinggian 50 cm. Sementara itu, sekitar pukul 17.00 WIB, dua unit mobil pemadam kebakaran Kota Cimahi dikerahkan ke lokasi banjir. Petugas menyedot genangan air yang masih menggenang melalui selang sepanjang 50 m. Kepala Dinas Tata Kota (Distakot) Kota Cimahi Boy Iman Nugraha yang saat itu melakukan survei di lokasi banjir menyebutkan, ambrolnya tanggul Sungai Cisegel disebabkan penyempitan ruang. Dari arah Kota Cimahi aliran sungai lancar. Namun, begitu memasuki perbatasan Cimahi- Bandung,semakin menyempit. ”Banyak rumah warga yang dibangun memakan badan sungai sehingga ada penyempitan. Akibatnya, air yang mengalir deras dalam kapasitas sangat banyak meluap ke atas dan mengakibatkan banjir,” terang Boy. Dia mengatakan, meluapnya Sungai Cisegel bukan hanya tanggung jawab Pemkot Cimahi, tapi juga Pemkot Bandung.Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan konsolidasi dengan Pemkot Bandung untu (robby sanjaya/gin gin tigin ginulur/slamet parsono) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar