Senin, 24 Desember 2007

RINGKASAN EKSEKUTIF
PENGKAJIAN POLA PENGHIJAUAN DI KOTA BANDUNG
( Kerjasama Kantor Litbang dan PPSDAL-UNPAD)
Tahun 2003
A. Latar belakang
Luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bandung setiap tahun semakin berkurang,
hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka
menjadi terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, pertokoan,
kantor, dan lain-lain. Semakin sempitnya RTH, khususnya taman dapat menimbulkan
munculnya kerawanan dan penyakit sosial sifat individualistik dan ketidakpedulian
terhadap lingkungan yang sering ditemukan di masyarakat perkotaan. Disamping ini
semakin terbatasnya RTH juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim mikro,
pencemaran udara, banjir dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya.
Kajian mengenai RTH dan fungsi-fungsinya, khususnya taman kota telah cukup
banyak dilakukan, hasil yang diperoleh adalah taman memiliki peran sebagai sarana
pembangunan sosial budaya seperti pendidikan masyarakat, katup pengaman dan
pengkayaan budaya kota, tempat tumbuh tanaman yang memberikan kenyamanan bagi
pemakai jalan, area pengamanan bagi pejalan kaki, tempat utilitas dan fasilitas
pendukung kegiatan masyarakat. Selain dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan dan
sosial, vegetasi taman dan hutan kota juga memberikan fungsi estetika, filter gas dan
debu, pengikat karbon, pengatur iklim mikro dan konservasi sumber daya genetis secara
eksitu yang memiliki nilai “intangible” bagi masyarakat kota itu sendiri.
Dalam studi pola penghijauan di Kota Bandung, penelitian difokuskan pada RTH
dalam bentuk taman. Hal ini karena :
1. Status taman kota lebih jelas dari RTH lainnya;
2. Taman kota memiliki banyak fungsi;
3. Taman Kota memiliki peranan strategis sebagai citra kota serta memiliki
penampakan yang jelas dibandingkan dengan RTH lainnya;
4. Banyak terjadi perubahan taman kota yang tidak sesuai dengan fungsi utamanya.
diharapkan studi ini dapat memberikan informasi penting tentang kondisi dan
permasalahan RTH taman kota bagi para pengambil keputusan khususnya dinas dan
instansi terkait untuk menjadi bahan bagi pengelolaannya.
B. Maksud dan Tujuan
- Menganalisis secara pasti luas lahan ruang terbuka hijau saat ini, yang dirinci
menurut peruntukannya (seperti taman, jalur hijau, lapangan bola dan sebagainya);
- Untuk dapat menganalisis permasalahan ruang terbuka hijau di Kota Bandung dan
upaya-upaya yang telah dilakukan;
- Untuk dapat menganalisis bagaimana strategi pola penghijauan di Kota Bandung.
C. Ruang lingkup
1. Materi Lingkup Studi
Pola penyebaran taman-taman di Kota Bandung yang tidak terpusat,
konversi taman menjadi tata guna lain, luas taman yang tidak seragam dan
ketidakjelasan jumlah taman di Kota Bandung serta ketidakjelasan jenis vegetasi
yang ada dalam taman merupakan hal-hal pokok yang perlu dikaji lebih mendalam.
Untuk itu permasalahan yang perlu dikaji dalam studi ini dibatasi kepada :
a. Kajian terhadap pola dan penyebaran taman kota.
b. Kajian terhadap kondisi fisik taman kota yang meliputi :
- Bentuk dan ukuran, klasifikasi dan fungsi taman kota
- Jenis dan kondisi pohon yang ada dilihat dari fungsi taman kota
- Kondisi dan penggunaan taman kota
- Penataan dan pemilihan vegetasi (pohon) pada masing-masing tipologi
taman kota.
c. Kajian terhadap kebutuhan taman kota
2. Lokasi Studi
Lokasi taman kota yang akan dikaji pada studi ini adalah taman-taman kota
yang tersebar di seluruh Kota Bandung berdasarkan data yang dimiliki oleh Dinas
Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung serta informasi lain mengenai
keberadaan taman kota yang belum teridentifikasi.
D. Metodologi
Penyusunan kajian pola penghijauan taman kota Bandung didasarkan kepada alur
pikir yang secara sistematik digambarkan serbagai berikut :
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei/sigi.
Sigi lapangan yang akan dilaksanakan meliputi sensus terhadap seluruh taman yang
tersebar di Kota Bandung. Penentuan jumlah dan populasi sampel taman dilakukan
dengan cara sensus, artinya seluruh taman kota yang tersebar di Kota Bandung akan
diukur (sensus) secara satu persatu, lamanya waktu pengukuran diperkirakan 20 hari
yang dilakukan secara pararel (dalam satu hari dilakukan pengukuran taman dilima
bagian Kota Bandung yang meliputi Bandung Selatan, Bandung Barat, Bandung Timur,
Strategi / Kebijakan
- Arahan Rencana
Detail Tata Ruang
Kota (RDTR)
- Arahan Rencana
Ruang Terbuka
Hijau Kota (RTHK)
- Kebijakan lokal
Latar Belakang
Penugasan
Tujuan yang hendak
dicapai
Lingkup dan
Metodologi
pendekatan
Data / informasi /
survei lapangan
- Data Primer
- Data Sekunder
Kajian dan Penataan Jalur Hijau
Jalan
- Pengkajian data primer/sekunder
- Pengkajian Pola penyebaran
RTH
- Pengkajian Vegetasi Pelindung
meliputi aspek morfologis,
ekologis, estesis, dan historis
- Menganalisis dan merumuskan
kebutuhan dan konsep penataan
RTH
- Strategi pengembangan dan
rekomendasi
Produk Pekerjaan
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Interim
- Laporan Final
Kajian Pola
Penghijauan
yang akan dituju
Bandung Utara dan Bandung Tengah. Pada setiap pengukuran didasarkan kepada
lembar kerja yang meliputi catatan tentang : kondisi taman, jenis vegetasi dalam
taman, proporsi antara ruang terbuka hijau dengan ruang terbuka pada setiap taman,
dan fungsi taman.
Selain pengukuran langsung (observasi) selama sigi dilakukan juga wawancara
dengan pihak pengelola taman dan pengumpulan data sekunder yang berkaitan erat
dengan kegiatan penelitian.
E. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa :
1. Walaupun pada penelitian ini tercatat sebanyak 123 taman baru yang tidak
tercatat pada data 2002, namun jumlah total taman kota (berdasarkan pengertian
taman sesuai kriteria yang disusun) di Kota Bandung saat ini berkurang sebesar
2,44% yaitu dari 450 taman pada tahun 2002 menjadi 439 taman pada tahun
2003.Penurunan jumlah taman tersebut disebabkan karena tidak dimasukannya
sejumlah taman yang tercatat pada tahun 2002 karena sebenarnya tidak masuk
dalam kategori taman yang bukan berfungsi sebagai fasilitas umum dan fasilitas
sosial, serta adanya taman yang hilang/beribah fungsi. Dengan demikian jumlah
total luas taman di Kota Bandung juga menurun dari 1,118,855 ha pada tahun
2002 menjadi 803,965 ha pada tahun 2003. Bila dibandingkan dengan totalluas
kota (167.290.000 m2 atau 16,729 ha), proporsi taman saat ini baru mencapai
4,8%.
2. Dari 439 taman dengan total luas 80,4 ha, ternyata tidak seluruhnya potensial
sebagailahan yang dapat menyerapair, karena seluas 28,09 ha (34,9%)
berupalahan yang diperkeras (open space), sedangkan luas lahan terbukanya
(green space) adalah 50,6 ha.
3. Bila mengacu pada ratio styandar ideal menurut Lancashire Country Council yaitu
7 – 11,5 m2 /orang, maka pemenuhan taman bagi warga kota Bandung baru
mencapai sekitar 0,43 m2 /orang atau 3,86% - 6,07% dari kebutuhan luas taman
ideal.
4. Pola sebaran jumlah dan luas taman disetiap wilayah tidak merata. Ratio jumlah
taman per 100 ha area di Cibeunying adalah 3,54 dan di Karees 2,13 sedangkan
4 wilayah lain dibawah 1,07. Proporsi luastaman terhadap luas wilayahnya juga
menunjukkan perbedaan yang sangat tinggi, di wilayah Cibeunying dan
Gedebage proporsinya antara 22,2% - 25,8% sedangkan di 4 wilayah lain antara
7,2% - 16,5%.
5. Jumlah total jenis tanaman di taman tercatat 193 jenis yang terdiri dari 98 jenis
pohon dan 95 jenis tanaman hias. Secara umum pola penanaman tanaman di
taman jalan dan taman kota telah menunjukan kesesuaian antara jenis tanaman
yang ditaman dengan peruntukan tamannya. Sedangkan untuk taman lingkungan
(RT, RW, Kelurahan) masih terdapat jenis tanaman yang kurang sesuai karena
dapat membahayakan pengguna taman atau terdapat jenis yang mudah rusak
karena kegiatan masyarakat didalam taman. Dari 98 jenis pohon, sekurangkurangnya
terdapat 8 jenis tanaman yang diindikasikan masuk ke dalamkelompok
jenis pohon yang mampu menyerap zat pencemar di udara, dan sekurangkurangnya
terdapat 18 jenis tanaman yang termasuk kategori tanaman langka.
6. Fungsi ekologis tanaman dan RTH/taman dari setiap taman tidak dapat
disamaratakan, melainkan berbeda sesuai dengan karakteristik pola penanaman
dan jenis tanamannya serta jenis RTH/tamannya masing-masing.
7. Kebijakan, Rencana dan Program Pembangunan RTHK, khususnya Taman di
Kota Bandung masih belum jelas, sehingga telah mengakibatkan pembangunan
dan pengelolaan taman tidak berjalan dengan baik. Hal ini diindikasikan dari
menurunnya jumlah dan luas taman, masih banyaknya tanaman yang kurang
terawat, serta adanya keluhan masyarakat tentang akses terhadap RTH/taman
serta terbatas/menyusutnya RTH/taman seperti yang tertuang pada Agenda 21
Kota Bandung.
F. Rekomendasi :
1. Untuk menghindari terjadinya penurunan jumlah dan luas taman, serta kesalahan
dalam menentukan kriteria RTH, khususnya taman diperlukan adanya kebijakan,
Rencana Program yang jelas untuk setiap jenis RTH. Dalam kaitannya dengan
RTH dalam bentuk taman, perlu adanya keputusan dan petunjuk teknis yang dapat
memberikan kejelasan tentang jenis/klasifikasi taman, fungsi atau peruntukannya,
pengaturan pengelolaan serta sanksinya.
2. Untuk meningkatkan pemeliharaan taman, perlu dijalin kerjasama dengan
masyarakat dan berbagai stakeholder, khususnya dengan para pengusaha.
3. Untuk meningkatkan jumlah dan luas taman serta pelibatan tanggungjawab
masayarakat dan stakeholder, perlu dikaji penerapan adanya insentif dan
disinsentif yang berupa “Green Tax” dalam hal penggunaan lahan terbuka untuk
berbagai peruntukannya.
4. Untuk meningkatkan daya tarik taman dari segi estetika, baik taman aktif maupun
taman pasif, jenis tanaman hias yang ditaman disetiap taman diusahakan berbeda
atau lebih beraneka.
5. Potensi cukup besar dari jumlah dan luas serta pola penyebaran taman-taman baru
yang berasal dari fasilitas umum dan fasilitas sosial pada pemukiman-pemukiman
baru perlu ditindaklanjuti secara lebih serius oleh Pemerintah Kota, mengingat
kemampuan untuk mengembangkan taman baru tidak mudah. Penanganan serius
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan presentase ruang
terbuka hijau yang harus disediakan oleh pengembang dalam bentuk fasos dan
fasum.
6. Walaupun belum ada data pasti tentang jenis-jenis tumbuhan potensial (jenis
tumbuhan di Indonesia) yang dapat mereduksi berbagai gas pencemaran udara,
serta sensitif tidaknyaterhadap berbagai zat pencemaran udara, namun dapat
mempertimbangkan bahwa :
a. Pada dasarnya hampir semua tanaman dapat menyerap berbagai gas
pencemar.
b. Tanaman, khususnya pohon yang akan ditanam di RTH/taman tidak ditujukan
untuk kepentingan produksi, maka pada dasarnya jenis tanaman pohon apapun
dapat ditanam dan dapat berfungsi sebagai pereduksi gas pencemar. Namun
demikian jenis-jenis tanaman pohon yang ditanam, diprioritaskan jenis tanaman
yang relatif hijau sepanjang tahun, dan tidak banyak menggugurkan daun.
7. Untuk meningkatkan fungsi tanaman sebagai pemasok oksigen, dapat dilakukan
pemangkasan tajuk yang selain dapat merangsang pertumbuhan daun muda juga
sekaligus dapat memperbaiki keindahan arsitektur tajuk.
8. Untuk memperkecil terjadinya pelepasan karbon yang potensial menimbulkan
pencemaran gas CO, seresah serta potongan tajuk dan ranting tanaman tidak
dibakar, melainkan dikomposkan untuk dijadikan kembali sebagai pupuk ditaman.
9. Untuk mengimbangi kekurangan kebutuhan masyarakat terhadap taman,
khususnya pada daerah/wilayah yang jumlah dan luas tamannya terbatas, maka
perlu dikaji penggunaan halaman atau industri untuk dapat di akses oleh
masyarakat.

Tidak ada komentar: