Jumat, 21 Desember 2007
Walhi Jabar Tolak Pembangunan PLTSa Gedebage
BANDUNG - Rencana penanganan dan pengelolaan sampah yang dikembangkan Pemerintah Kota Bandung dengan membangun Pembangkit Tenaga Listrik Sampah (PLTSa) di kawasan Gedebage mendapat penolakan dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar. Pasalnya, teknologi yang dikembangkan Pemkot Bandung itu akan menimbulkan dampak kesehatan bagi masyarakat disekitar PLTSa.Sekertaris Walhi Jabar, Afifi Rahmat mengatakan, teknologi PLTSa yang akan digunakan Pemkot Bandung itu akan menggunakan sistem insenerator atau pembakaran. Dengan teknologi itu, energi yang dihasilkan juga akan lebih besar dari yang diperoleh. Bahkan, pembakaran sampah untuk menghasilkan energi listirk tersebut akan menimbulkan gas berbahaya bagi kesehatan."Pembakaran itu akan menghasilkan gas-gas tertentu seperti dioxin yang berbahaya bagi kesehatan, karena menjadi pemicu kanker," kata dia, Kamis (29/11/2007). Ia menjelaskan, teknologi PLTSa yang rencananya akan dikembangkan Pemkot Bandung sebenarnya tidak layak untuk digunakan. Sebab, nilai kalor yang terdapat pada sampah Kota Bandung lebih rendah dari 4 ribu kj/kg. "Sampah kita basah. Jadi tidak layak digunakan untuk energi. Selain itu, dibutuhkan energi yang lebih besar untuk menghasilkan listrik yang banyak," ungkapnya.Ia mengungkapkan, untuk mengatasi sampah secara bersama, seharusnya Pemkot Bandung bisa membuat kebijakan insentif kepada produsen untuk memakai bungkus rama lingkungan. Selain itu, masyarakat juga harus mau bekerjasama sejak awal untuk memilah sampahnya langsung dari rumah."Sampah harus sudah dipilah, jarak ke pemukiman penduduk juga disesuaikan dengan aturan yang ada. Air lindi dari sampah juga harus dikelola dan tidak lupa angkutan sampahnya juga dibenahi," kata Afifi Ia juga berharap, pemerintah Jabar juga turun tangan dalam penanganan sampah yang terjadi di Kota Bandung untuk menciptakan konsep sistematis dan terintegratif. "Kita juga selalu mengadvokasi warga untuk meminta kepada warga agar memilah sampah mulai dari sumbernya," tegasnya.Ia menyebutkan, terkait dengan ancaman perubahan iklim, kelompok-kelompok pemerhati sampah di 30 negara dari seluruh dunia mendorong "Zero Waste for Zero Warming" sebagai solusi yang tepat untuk memotong dan melawan emisi gas rumah kaca dari pengolahan sampah melalui teknologi kotor. Menandai Hari Aksi Global melawan Sampah dan Insinerasi (Global Day of Action against Waste and Incineration), pada tahun keenam ini, Afifi mendesak agar masyarakat memprioritaskan pengelolaan sampah dan pembiayaan yang memprioritaskan pencegahan timbulan sampah."Tidak lupa program 3R, mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), dan mendaur-ulang (recycling). Selain itu juga pengomposan sebagai alat yang kongkrit untuk menghemat energi dan menghindari emisi gas rumah kaca," pungkasnya.Sekedar mengingatkan, rencana Pemkot Bandung untuk mendirikan PLTSa di kawasan Gedebage akan terus berlangsung. Pemerintah Kota Bandung sendiri merencanakan untuk melakukan peletakan batu pertama di lokasi pembangunan PLTSa pada 8 Januari 2008 mendatang. Dengan berdirinya PLTSa ini, Pemkot Bandung berharap, teknologi itu mampu menghasilkan energi sebesar 7 megawatt per jam. Energinya sendiri berasal dari sampah Kota Bandung sekitar 500 ton atau 2.300 meter kubik per hari. (Yoghi Pasha / Sindo / fit)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar