Jumat, 21 Desember 2007

Waspadai Puncak Musim Hujan

AWAN hitam pekat menggantung di atas langit Kota Bandung, siap mengguyur kota dengan hujan lebat yang mulai menimbulkan banjir di sejumlah titik di Kota Bandung dan sekitarnya, Jumat (21/12). Musim hujan akan memasuki puncaknya pada periode sepuluh hari kedua dan ketiga Desember 2007 hingga Januari 2008.* M. GELORA SAPTA/"PR"
BANDUNG, (PR).-Musim hujan memasuki puncaknya pada dasarian (periode 10 hari) kedua dan ketiga Desember 2007 sampai Januari 2008. Hujan lebat mulai menimbulkan banjir di sejumlah titik di Kota Bandung dan sekitarnya. Di Kota Bandung, setidaknya 600 rumah terendam banjir dengan ketinggian hingga satu meter, Kamis (20/12) hingga Jumat (21/12).
Banjir juga nyaris melumpuhkan arus lalu lintas di beberapa titik di dalam kota. "Intensitas hujan memang meningkat dengan curah hujan 300-400 mm. Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor diminta waspada," kata Kepala BMG Stasiun Kelas I Bandung Hendri Subakti, ketika dihubungi lewat telefon, Kamis (20/12).
Hujan yang turun di Kota Bandung, Jumat (21/12) siang, menyebabkan kemacetan panjang hingga mencapai lebih dari satu kilometer di ruas jalan Kopo-Soreang serta pintu keluar tol Kopo. Genangan air setinggi lutut orang dewasa, terjadi tepat di bawah jembatan tol Kopo. Sejumlah kendaraan sedan dan roda dua yang mogok di tengah jalan, menyebabkan antrean kendaraan semakin panjang.
Meski beberapa petugas kepolisian sudah turun tangan, kemacetan tak dapat dielakkan. Apalagi, tidak sedikit kendaraan yang berbalik arah mencari alternatif jalan lain.
Sejumlah pengendara terlihat berusaha mendorong kendaraannya. Ada pula yang terpaksa membiarkan mobil sedannya di tengah jalan karena mogok.
Seorang sopir truk, Maman, mengaku sudah biasa menghadapi banjir saat hujan tiba. "Kesal sih, tapi harus bagaimana lagi, ini sudah tuntutan pekerjaan," ungkapnya.
Sungai meluap
Banjir juga menyergap puluhan rumah warga RW 05/07 Kel. Cibadak Kec. Astanaanyar. Air yang meluap dari Sungai Citepus merendam perumahan warga hingga setinggi satu meter. Akibatnya, sumber-sumber air bersih pun ikut terendam dan warga terancam kekurangan air bersih.
Banjir disertai lumpur juga menggenangi sekitar 300 rumah warga di Kel. Hegarmanah, Kec. Cidadap, Kota Bandung. Banjir akibat meluapnya Sungai Cipaganti itu merendam rumah-rumah warga dengan ketinggian hampir dua meter. Hingga Jumat sore, air bercampur lumpur masih menggenangi sebagian rumah warga.
Salah seorang warga yang terluka akibat terjangan banjir di Hegarmanah, Septa Candra (17), saat ini masih dirawat di Rumah Sakit (RS) Advent. "Sudah agak mendingan, tapi masih terasa sakit," ujarnya ketika ditemui di ruang rawat inap kamar 267, Jumat (21/ 12).
Menurut Septa, Kamis (20/ 12) sekitar pukul 14.00 WIB, ia membersihkan lumpur dan membereskan perabotan di rumahnya. Namun, tiba-tiba tembok bagian kiri rumahnya jebol dan air pun masuk ke dalam rumah dengan cepat. "Saking kerasnya, air itu mendorong perabotan dan menggencet kaki saya. Saya keluar rumah melalui genting dengan menjebol langit-langit, terus merayap sampai ke atap masjid. Setelah lihat kaki, ternyata sudah berdarah dan rasanya sakit," katanya.
Septa pun dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Advent pukul 15.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, tulang persendian di jari kelingking kaki kiri siswa kelas 3 SMA Angkasa Bandung itu, patah. "Kalau perbannya dibuka, tulangnya kelihatan," ucap Septa.
Dokter Yuvino Agung menyatakan, jika kondisi anak pertama pasangan Candra (37) dan Mimin (35) itu membaik, Septa bisa pulang ke rumah, Minggu (23/12). "Namun untuk memperbaiki letak urat dan tulang yang hancur tetap harus dioperasi. Makanya, meski sudah boleh pulang nanti tetap harus check-up lagi ke dokter untuk persiapan operasi," ungkapnya.
Menurut Septa yang sudah tinggal di Jln. Hegarmanah Gang Setiamanah RT 10 RW 3 Kec. Cidadap sejak lahir itu, Sungai Cipaganti memang mengalami penyempitan sejak sepuluh tahun lalu. Bertambahnya penghuni di kawasan tersebut menyebabkan Hegarmanah menjadi kawasan permukiman padat dengan rumah saling berdempetan. "Sekarang sungai semakin sempit dan dangkal, sehingga kalau hujan besar airnya sering meluap. Mungkin kalau sungainya dilebarkan lagi, kejadian seperti sekarang tidak akan terulang," imbuhnya.
Waswas
Sementara itu, ratusan warga korban banjir di lima RW, khususnya di RW 34, Kel. Melong, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi, khawatir terjadi banjir susulan akibat meluapnya Sungai Cikendal. Apalagi perbaikan kirmir Sungai Cikendal yang jebol Kamis (20/12), sore kemarin dihentikan akibat turun hujan. Warga pun waswas, jika terjadi hujan lebat dan sungai meluap, kirmir yang tengah dibangun itu akan jebol.
Menurut Lurah Melong Hamdani, akibat banjir bandang Kamis (20/12) lalu, di RW 34 sebanyak 665 rumah terendam air dan 2 rumah kontrakan atau enam kamar jebol, di RW 32 sebanyak 70 rumah terendam dan 2 rumah jebol, di RW 14 sebanyak 45 rumah terendam dan 2 rumah jebol, serta 7 rumah lainnya rusak ringan. Kemudian di RW 26, sebanyak 18 rumah terendam dan 2 rumah jebol, di RW 10 sebanyak 3 rumah terendam dan jebol.
Kabag Tata Usaha Dinas Tata Kota Cimahi Hadimilono dan Kabid Sarana dan Prasarana Perkotaan Boy Iman Nugraha, mengatakan, kirmir tersebut dibangun setinggi 2 meter dan lebarnya ditambah 50 cm. Dengan demikian, lebar bangunan kirmir di lokasi rumah yang jebol pada saat banjir menjadi 90 cm. Ia pun meminta warga membangun kembali rumahnya pada jarak 1-2 meter dari bangunan kirmir.
"Sekarang ini tembok rumah warga itu kan dibangun di atas bangunan kirmir. Jadi, yang jebol itu bukan dinding kirmir, tapi dinding rumah," kata Boy.
Petugas UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi yang dipimpin Kepala UPTD Rudi Priadi, terus menyedot genangan air dari permukiman penduduk dengan mesin pompa. Karena di beberapa titik, air masih setinggi 30 cm.
Sementara itu, ratusan warga RW 10, RW 26, RW 14, RW 32, dan RW 34, kemarin sibuk membersihkan seluruh harta bendanya yang tertutup lumpur, termasuk pakaian. Mereka pun meminta Pemkot Cimahi memberikan bantuan makanan, air bersih, dan pakaian.
Hingga sore kemarin, belum ada bantuan dari Pemkot Cimahi. Makanan dan pakaian yang mereka dapatkan pun, berasal dari warga Cijerah Kota Bandung, yang ada di seberang Sungai Cikendal. "Sangu bungkus ieu oge dipasihan ku warga nu di payun. Da salah sih, dapur umum teh sanes di tempat nu caket korban," ujar Ny. Atih, warga RT 1 RW 34, ketika mengungsi di Masjid Al-Iklhas Kota Bandung, tak jauh dari rumahnya.
Menyikapi keluhan itu, Camat Cimahi Selatan Supendi Heriyadi, langsung mengumpulkan para RW yang daerahnya terkena banjir. Untuk mengantisipasi tidak adanya pemerataan pembagian bantuan, baik makanan maupun pakaian, ia membentuk koordinator di tingkat RW dan kelurahan. Dengan begitu, ia berharap, pembagian bantuan bisa lebih merata.
Hal senada disampaikan Lurah Melong Hamdani.Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku di dapur umum di RW 14 dan RW 15, aparat kelurahan telah mendistribusikan sedikitnya sepuluh karung beras. Selain itu, mereka juga tengah menunggu bantuan beras dari Bagian Kesra Kota Cimahi.
Gelombang tinggi
Selain itu, peringatan dini terjadinya gelombang tinggi dikeluarkan BMG untuk sejumlah perairan di Indonesia mulai 20-23 Desember 2007. Namun, diperkirakan kondisi laut di kawasan selatan Jawa Barat tergolong normal dengan ketinggian 2-2,5 m.
"Berdasarkan hasil prediksi, laut di selatan Jawa Barat memang masuk kategori normal. Untuk kawasan laut selatan, tinggi gelombang 2-2,5 m termasuk kondisi yang biasa terjadi," ujarnya. Sedangkan untuk perairan utara Jawa Barat (Pantura), menurut Hendri, tinggi gelombang akan lebih rendah dari laut selatan.
Masyarakat pesisir pantai, lanjut Hendri, tak perlu panik oleh peringatan dini tersebut. Namun, kewaspadaan terhadap gelombang laut yang meninggi tetap diperlukan dengan mengamati tanda-tanda alam.
Berdasarkan data yang tertera di situs resmi BMG, peringatan dini gelombang tinggi berlaku pada 20-23 Desember 2007. Pada 20 Desember 2007 gelombang dengan tinggi 3,0-5 m berpeluang terjadi di Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina dan akan berlangsung terus hingga 21 Desember.
Pada 21 Desember, gelombang setinggi 2,5-3,0 m berpeluang terjadi di Laut Natuna, Laut Jawa. Untuk prakiraan 22 Desember, gelombang setinggi 2,5 – 3,0 m berpeluang terjadi di Laut Sulu, Laut Cina Selatan, Laut Natuna, dan Laut Jawa bagian timur. Gelombang dengan tinggi 3,0-4,0 m berpeluang terjadi di perairan Pontianak. Gelombang setinggi 3,5-5,0 m berpeluang terjadi di Laut Filipina.
Pada 23 Desember 2007, gelombang setinggi 2,5-3,0 m berpeluang terjadi di Laut Jawa dan perairan Sangihe Talaud. Sedangkan gelombang setinggi 3,5-4,0 m diperkirakan terjadi di Selat Karimata. (A-136/A-151/A-156/A-158)***

Tidak ada komentar: