Ciamis, Kompas - Kondisi ekosistem pesisir pantai selatan di Kabupaten Ciamis, termasuk Pangandaran, sepanjang 60 kilometer rusak. Kehancuran ekosistem pesisir mulai dari Kecamatan Kalipucang hingga Cimerak terjadi secara luar biasa.
Pemerintah dinilai telah gagal menjaga kelestarian ekosistem pesisir. Hanya Cagar Alam Pananjung yang relatif masih terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, diperlukan konsep terintegrasi yang memerhatikan aspek sosial, ekonomi, dan ekologi untuk mengatasi masalah tersebut.
Demikian dikatakan Dadang Sudardja, Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat, Senin (20/11).
Ia mengatakan, kerusakan ekosistem pesisir Ciamis selatan, termasuk Pangandaran, terjadi akibat aktivitas manusia. Kerusakan tersebut terjadi tidak hanya pada pantai, tetapi juga ekosistem lautnya.
"Misalnya saja, hutan mangrove yang ada Bojongsalawe kini tinggal sedikit sekali. Belum lagi pembangunan tambak di sekitar Parigi, Bojongsalawe, dan Karangtirta yang tidak dibarengi dengan reklamasi pantainya," kata Dadang.
Selain itu, biota laut juga berkurang akibat penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan sampah di sekitar pantai. Dadang mengatakan, akibat rusaknya ekosistem laut ialah berkurangnya hasil tangkapan nelayan.
Adam Assegaf, pendiri Pusat Pendidikan Lingkungan Pesisir (PPLP) di Pangandaran, menambahkan, apabila tidak diatasi, abrasi yang terjadi akan mengancam lingkungan pantai. Saat ini saja abrasi tidak hanya terjadi di pantai timur Pangandaran, tetapi juga di pantai barat.
Satu solusi yang dapat diambil ialah melakukan penghijauan kembali pantai sehingga terbentuk sabuk hijau (green belt). Selain mempercantik obyek wisata, sabuk hijau ini nantinya berfungsi sebagai penahan gelombang laut baik ketika terjadi bencana maupun air pasang.
Adam pun berharap agar tanah yang banyak dimiliki oleh orang di luar Pangandaran tidak dibiarkan telantar dan pohonnya dibabat habis, tetapi dihijaukan kembali agar produktif.
Ketua PPLP Rohadji Trie menjelaskan, kondisi ekosistem Pangandaran banyak berubah sebelum dan sesudah tsunami.
"Cagar alam dapat dijadikan parameter. Saat ini, binatang dari cagar alam banyak yang sering keluar lokasi cagar alam untuk mencari makan, misalnya rusa, kera, bahkan ular. Hal ini tidak pernah kita lihat sebelumnya," tutur Rohadji.
Secara fisik, menurut dia, perubahan fenomena alam memang terjadi. Akan tetapi, belum dapat diketahui apakah hal tersebut memiliki dampak positif atau justru sebaliknya. (adh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar