Alam tampaknya sudah tidak bersahabat. Banjir, longsor, sekarang ditambah dengan badai, selalu mengiringi musim hujan di Indonesia. Sebaliknya negara tetangga, Australia mengalami kekeringan terdahsyat dalam sejarah. Nun jauh di sana, Amerika semakin sering dilanda topan-topan berukuran besar sedangkan gelombang panas sering menyapu benua Eropa. Fenomena ini menyadarkan kita bahwa perubahan iklim telah tiba.
Mengapa iklim berubah ?
Bumi ini memiliki suhu cukup hangat untuk dapat dihuni manusia karena adanya gas-gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2, N2O, dan CH4. Gas-gas ini di atmosfer memantulkan kembali panas yang dilepas oleh permukaan bumi setelah menerima cahaya sinar matahari. Semakin tinggi konsentrasi GRK, semakin banyak panas dipantulkan ke bumi yang menyebabkan suhu naik. Sebaliknya jika konsentrasi gas berkurang, sedikit panas yang dipantulkan, suhu pun turun. Perubahan suhu inilah yang menyebabkan iklim dapat berubah.
Dalam sejarah bumi, konsentrasi GRK berfluktuasi naik turun membuat bumi mengalami masa hangat dan masa dingin secara bergantian. Secara alami proses pergantian ini memakan waktu ratusan ribu tahun, memberi cukup waktu bagi beragam jenis makhluk hidup berevolusi menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah. Namun sekarang, konsentrasi GRK terutama karbondioksida (CO2) tiba-tiba meningkat drastis hanya dalam beberapa dekade. Suhu bumi melonjak dalam waktu singkat membuat iklim menjadi tidak menentu, cepat berubah-ubah dan sulit diprediksi.
Apa Penyebabnya ?
Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) –lembaga yang menghimpun hasil penelitian ribuan ilmuwan di seluruh dunia- pada Februari 2007, menyebutkan bahwa manusialah penyebab kenaikan suhu bumi secara cepat. Pola konsumsi dan gaya hidup boros dalam penggunaan energi berbahan bakar fosil menyebabkan buangan CO2 ke atmosfer meningkat tajam. Sementara itu penggundulan hutan dan kebakaran hutan menyebabkan karbon yang tadinya tersimpan dalam pohon dan tanah, lepas ke udara menambah konsentrasi GRK di udara.
Mengapa Kita Harus Peduli terhadap Perubahan Iklim?
Perubahan iklim menyebabkan bencana alam di seluruh dunia seperti kekeringan, banjir, badai dan gelombang panas. Suplai makanan terancam seiring dengan kegagalan panen tanaman pangan akibat cuaca sering berubah-ubah. Persediaan air tawar akan semakin menipis karena udara panas menguapkan air yang ada di permukaan bumi. Selain itu cuaca panas membuat penyebaran nyamuk menjadi semakin luas, menebarkan penyakit seperti malaria dan demam berdarah. Sebanyak lebih dari 30% tumbuhan dan binatang akan punah jika suhu naik, dengan sesuai prediksi IPCC, naik antara 1,80 – 40 C di akhir abad ini. Kenaikan suhu juga akan mencairkan es di kutub selatan dan kutub utara, menaikkan permukaan air laut setinggi 18-59 cm di penghujung abad ini. Konsekuensinya sangat besar terutama dialami negara kepulauan seperti Indonesia. Pemukiman di daerah pesisir akan terendam yang menyebabkan terjadinya migrasi besar-besaran sehingga konflik akibat perebutan lahan, pangan dan air bersih sangat mungkin terjadi.
Dapatkah Perubahan Iklim Dihentikan?
Manusia harus mengurangi secara drastis emisi GRK agar dapat menghentikan perubahan iklim. Menurut IPCC untuk meminimalkan kenaikan suhu hanya sampai 20 C dibutuhkan pengurangan emisi GRK sebesar 50-85%. Usaha pengurangan ini dalam tingkat dunia telah dilakukan melalui kesepakatan Protokol Kyoto pada tahun 1997. Namun pelaksanaannya masih belum optimal. Upaya di tingkat pemerintah sering tersendat oleh kepentingan politis, birokrasi atau rendahnya kesadaran akan bahaya perubahan iklim.
Hal ini membuat gerakan dari bawah oleh masyarakat di seluruh dunia menjadi sangat penting. Gaya hidup dan pola konsumsi harus diubah, untuk hemat dalam pemakaian energi bahan bakar fosil terutama listrik dan alat transportasi. Penggunaan dan pengembangan teknologi energi bersih harus didukung penuh. Kegiatan menyerap karbon dari udara melalui penanaman pohon harus digalakkan. Tanpa ada tindakan nyata maka hanya dalam beberapa dekade mendatang kehidupan dunia akan terancam, kita dan anak cucu kita akan menghadapi masa-masa yang sangat sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar