Jumat, 21 Desember 2007

Takakura, tak Perlu Jijik Bikin Kompos di Rumah

EVI tampak mengangguk-ngangguk ragu. Sesekali keningnya mengernyit tanda tak mengerti ketika Direktur Eksekutif Yayasan Pengembangan Biosains dan Teknologi (YPBB), David Sutasurya menjelaskan cara kerja Takakura Home Method (THM). Dengan alat ini, seorang mahasiswi sibuk seperti Evi bisa memproduksi sendiri pupuk kompos di rumah atau kamar kos tanpa harus merasa jijik.
PRAKTIK pembuatan keranjang Takakura Home Method (THM) di halaman SD St. Yusup dalam Zero Waste Event!, beberapa waktu lalu. THM adalah metode yang baru diperkenalkan di Bandung untuk mempermudah pembuatan kompos bagi masyarakat perkotaan.* LINA NURSANTY/"PR"
Meski namanya hampir sama dengan aktor laga dari negeri sakura, Ken Takakura, tapi Takakura Home Method sesungguhnya ditemukan oleh kelompok pencinta lingkungan bernama Pusat Pemberdayaan Masyarakat Kota (Pusdakota) yang berbasis di Surabaya. “Penelitian mereka mendapat supervisi ilmiah dari Tuan Takakura yang berasal dari Jepang,” tutur David saat ditemui beberapa waktu lalu di Bandung.
Volume sampah organik dari rumah tangga yang bisa diolah dalam alat berbentuk keranjang ini kurang lebih 0,5 sampai 1 kilogram per harinya. “Anda tinggal mengaduk sampah organik ke dalam keranjang yang sudah kami lengkapi dengan media berisi bakteri pengurai ini, tunggu dua sampai tiga hari hingga kompos bisa digunakan,” ungkap David memaparkan.
Keranjang berisi bakteri pengurai itu sudah dilengkapi dua bantal sekam untuk sirkulasi udara dan menjaga agar sampah tetap kering dan kelembapannya cukup. Karena bentuknya menarik, keranjang tersebut bisa diletakkan di mana pun, tapi disarankan di dapur agar dekat dengan sumber sampah.
Hal ini, lanjut David, untuk menepis anggapan bahwa pembuatan kompos di permukiman perkotaan sangat sulit karena keterbatasan lahan. “Selama ini, masyarakat perkotaan mengeluh terbatas lahan untuk membuat kompos. Dengan Takakura, ini tidak lagi jadi masalah,” ucapnya.
**
ADA harapan pada diri David, dengan alat ini orang menjadi lebih mudah membuat kompos dan lebih penting lagi bisa mengurangi sampah yang terbuang. Pertanyaan selanjutnya adalah penggunaan kompos yang diproduksi melalui Takakura. David mengatakan, setiap rumah tangga disarankan menggunakan sendiri pupuk kompos yang sudah mereka produksi sendiri. Secara kolektif, kini dirinya tengah mempersiapkan sistem pengumpulan pupuk kompos yang diproduksi oleh rumahtangga melalui pengelolaan berbasiskan komunitas di Kota Bandung.
Upaya David dan kawan-kawannya ini mendapat dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Ditemui di tempat yang sama, Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Ir. Bambang Widyantoro mengatakan selama ini KLH tetap mengampanyekan prinsip 3R dalam pengolahan sampah berbasiskan masyarakat. “Prinsip 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle,” katanya.
Lewat prinsip 3R yang dijalankan mulai dari rumah-rumah, lanjut Bambang, diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. “Kesadaran masyarakat kita belum sepenuhnya mengerti terhadap hal ini. Oleh karena itu, harus terus kita kampanyekan,” katanya.
Kampanye yang digelar itu juga didukung beberapa organisasi lingkungan, di antaranya Konservasi Alam Nusantara (Konus), Bicons, Greeners, Semanggi, WPL, CV Sinar Kencana, Crafttec, Walhi Jabar, perajin daur ulang kertas Tanggulan, dan YSI. (Lina Nursanty/”PR”)

Tidak ada komentar: