Pemanasan global sekarang ini nampaknya sudah sangat menuntut untuk mendapat perhatian dunia. Negara – negara maju juga semakin mengkhawatirkan keadaan ini. Sebulan yang lalu diadakan konferensi G8 di Jerman yang juga membahas tingkat polusi udara termasuk dampak rumah kaca. Namun nampaknya keinginan untuk mengurangi polusi masih menjadi perdebatan, semua ini tak lain ulah Amerika serikat yang menolak target pengurangan polusi pada tahun 2015. Bahkan Amerika mengkambinghitamkan negara – negara Asia seperti China sebagai penjahat polusi, padahal sebagian perusahaan – perusahaan perusak lingkungan hidup di negara – negara Asia / berkembang adalah milik Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang. Indonesia sebagai negara berkembang juga sangat mempunyai andil dalam pencemaran udara ( pemanasan global ), “senada” dengan Amerika kepedulian Indonesia masih sebatas wacana.
Tingkat penggunaan kendaraan bermotor merupakan contoh nyata. Kota – kota besar di Indonesia seperti Bandung merupakan salah satu kota yang sangat tidak mempunyai kepedulian riil dalam mengatasi pencemaran udara. Di Bandung sendiri pembantaian terhadap lahan hijau kota sudah seperti ritual wajib guna mencapai predikat kota metropolis, taman – taman kota yang dibangun seolah hanya demi menjaga nama baik pemimpin daerah. Dengan konsep seadanya si pemimpin meresmikan sebuah taman yang dulunya berdiri pom bensin. Ini disebabkan masih dangkalnya pola pikir para pemimpin daerah dalam menciptakan suasana yang mencerminkan Bandung Bermartabat. Tata kota yang semberawut, jumlah kendaraan yang semakin banyak bahkan tidak pernah mendapat perhatian pemimpin daerah kota Bandung. Pencemaran udara lebih diperparah lagi dengan berbagai kebijakan yang berbasis bisnis semata seperti kredit kendaraan yang dipermudah. Kesadaran masyarakat juga masih sangat rendah dalam menjaga lingkungan. Gaya hidup yang konsumtif mengarahkan masyarakat menjadi individu – individu yang mengutamakan gengsi. Meski harus berhutang yang penting gaya di atas tunggangan bermesin baik itu beroda dua / empat.
R.A - BandungMagazine.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar