Senin, 24 Desember 2007

Si Hitam Yang Berbahaya

TIMBAL adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar kealam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal yang ada di lingkungan juga berasal dari kegiatan manusia yang menghasilkan timbal 300 kali lebih banyak dibandingkan timbal yang berasal dari proses alami.

Timbal tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal yang terhirup atau tertelan akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali didalam ginjal dan otak, dan disimpan didalam tulang dan gigi.

Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal oksida berbentuk debu/partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Debu Timbal juga dapat mengkontaminasi tanah pertanian dan mencemari hasil pertanian yang dikonsumsi manusia. Penggunaan bahan bakar bertimbal melepaskan 95% timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Bahkan Kota Bandung yang selama ini tersohor sebagai Kota Kembang lantaran keasrian dan kesejukannya, tak luput dari serangan timbal ini. Udaranya yang lumayan sejuk terutama di pagi dan malam hari bisa jadi hanya kamuflase kondisi udara kota ini yang sebenarnya.

Kualitas udara kota kembang ini ternyata tak kalah buruk dari Jakarta. Bandung disebut-sebut sebagai kota kedua berdebu di Indonesia setelah Jakarta. Buruknya kualitas udara akibat polusi udara di Bandung semakin dipersulit dengan kondisi geografisnya yang seperti cawan di atas ketinggian 600 meter, dan tingkat kelembaban yang tinggi.

Udara yang tercemar tersebut seperti kumpulan udara kotor yang terperangkap, tak dapat teralirkan ke wilayah lain. Kontribusi terbesar pencemaran udara di Bandung atau sekitar 80 persen berasal dari sektor transportasi. Apalagi, penambahan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya 12 persen, sementara penambahan ruas jalan hanya 0,6 persen per tahun. Diperkirakan, saat ini ada 600.000 unit kendaraan yang beroperasi di Bandung, belum termasuk jumlah yang hilir mudik dari luar kota. (iah/net)

Tidak ada komentar: