Senin, 24 Desember 2007

Pesisir Indramayu Rusak

Indramayu, kompas - Kondisi pantai di wilayah Pesisir Utara Jawa terutama di wilayah Indramayu, Jawa Barat, amat memprihatinkan. Tanaman bakau yang menjadi vegetasi pelindung pantai dari abrasi rusak bahkan hilang. Sebagian daratan sudah tergerus ombak.

Data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan Indramayu menyebutkan, sekitar 57 km pesisir pantai dari sekitar 114 km panjang pantai di Indramayu terkena abrasi.

Kondisi itu diperparah oleh musim angin timur yang bertiup sepekan terakhir yang menyebabkan air pasang dan ombak setinggi dua meter di lautan.

Meskipun Kamis (17/5) ombak mereda, sebagian tanah tergerus air. Kondisi terparah terjadi di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu. Menurut Kepala Desa Dadap, Junaidi, daratan desanya berkurang sekitar 80 cm karena tergerus air dalam sepekan.

"Dalam kondisi normal, daratan berkurang secara perlahan, apalagi dalam kondisi ombak tinggi dan air pasang," ujarnya.

Menurut Junaidi, desanya salah satu daerah yang banyak terabrasi. Dibanding luas desa tahun 1930 luas wilayah desa itu sudah berkurang sekitar 10.000 hektar. Sebanyak 17 rumah warga sudah tergerus dan warga direlokasi.

Abrasi terjadi hampir di setiap kecamatan yang berbatasan dengan laut, yakni Kecamatan Indramayu, Sindang, Losarang, Pasekan, Cantigi, Kandanghaur, Sukra, Juntinyuat, dan Balongan. Ratusan hektar lahan persawahan menghilang.

Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan Indramayu menganggap abrasi ancaman bagi ekosistem dan membahayakan warga. Abrasi juga menyebabkan pantai Tirtamaya yang dulunya tempat wisata kini hilang karena sudah menjadi area laut.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertambangan Indramayu, Apriyanto dan Kepala Subbidang Lingkungan Aep Surachman mengatakan, pihaknya sedang mengadakan pemulihan ekosistem. Diakui, proses pemulihan lahan kritis tidak mudah.

Pihaknya pernah menanam bakau dan mendatangkan ber ton-ton lumpur agar bakau bisa hidup. "Namun, karena tak ada tanggul, lumpur dan bakaunya pun akhirnya terseret ombak," kata Aep.

Gerakan menanam bakau di sepanjang pantai yang rawan abrasi juga dilakukan organisasi masyarakat dan warga. Namun, itu pun jarang berhasil. Di desa Dadap, misalnya, ribuan bibit bakau yang ditanam di pinggir pantai pada awal tahun 2007 banyak yang mati bahkan hanyut.

Meski bakau ditanam di balik tanggul pembatas laut, tak jarang ombak masih mencapainya dan menghanyutkan lumpur, media tanam bakau. Daun bakau muda kadang dimakan kambing yang digembalakan di pantai. Tanaman bakau kadang mengering.

Tahun 2004, tercatat 2.100 hektar lahan kritis di kecamatan yang memiliki pantai, yaitu Kandanghaur, Losarang, Indramayu, Cantigi, dan Sindang. (NIT)

Tidak ada komentar: