Jumat, 21 Desember 2007

Membangun Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Melalui Peningkatan Peran Radio Komunitas Sebagai Pusat Informasi KebencanaanDisampaikan Oleh : Dadang Suda

Disampaikan Oleh : Dadang Sudardja

Ka. Divisi Kampanye & POR WALHI JAWA BARAT & Kepala Studi Rakom 107’7 Suara Pangandaran

Pendahuluan

Indonesia, yang keadaan alamnya dikelilingi oleh laut, gunung berapi, sungai-sungai besar serta patahan sesar dan pertemuan antara lempeng benua Asia dan Australia, sangat rawan terhadap terjadinya berbagai jenis bencana alam yang membahayakan jiwa penduduknya, baik dari segi ukuran maupun intensitasnya.

Dengan jumlah penduduk yang tertinggi no 5 di dunia, Indonesia juga mempunyai tingkat resiko tergolong rawan terhadap ancaman bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, kekeringan dan kebakaran hutan. Sementara itu, disamping kerawanan bencana sangat berbeda dari suatu daerah dengan daerah lainnya, dengan kondisi yang remote, sebagai negara kepulauan mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi didalam upaya penyelamatan korban bencana dan rehabilitasi kerusakan yangterjadi.

Berbagai macam bencana alam yang bersifat merusak dan membahayakan kelangsungan hidup warga baik yang hidup dikota-kota besar, di desa-desa terpencil, dapat saja terjadi setiap saat tanpa dapat menghidarinya.

Walaupun ancaman bencana alam tidak dapat di tolak dan di elak-kan oleh siapapun juga, tetapi setidaknya pemerintah dan masyarakat harus dapat menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, melalui manajemen pengembangan sistim prakiraan bencana beserta penyebarluasan informasi peringatan dini kepada masyarakat (Early Warning Disaster Preparadnes).

Sehingga kesiapan penanggulangan bencana seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara maju, berdasarkan pengalaman mereka terdahulu, disebut sebagai Disaster Preparedness atau Manajemen Penanggulangan Bencana, yang secara khusus dipelajari dan dikaji secara empiris dan akademis sehingga dapat menghasilkan upaya perencanaan dan persiapan rinci dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

Bencana Alam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini secara beruntun, yang dimulai dari tanah longsor, banjir, kekeringan dan yang terakhir adalah gempa bumi yang kemudian memicu gelombang tsunami di Aceh, yang telah mendapat banyak sorotan dari segenap lapisan masyarakat. Tidak saja dalam konteks keprihatinan atas penderitaan yang dialami oleh masyarakat yang mengalami langsung akibat dari bencana tersebut, tetapi juga ‘lambannya’ reaksi pemerintah di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola keadaan pasca bencana yang terjadi. Kecepatan bertindak adalah faktor penting dalam kegiatan penyelamatan (Rescue Activities), dalam mengurangi dan menanggulangi penderitaan mereka akibat bencana (Relief Activities), serta upaya mengembalikan dan menormalisasikan keadaan seperti sedia kala (Recovery and Rehabilitation Activities).

Pengetahuan tentang Penanggulangan Bencana Alam sebagai suatu bidang studi perlu dipelajari dan dikaji oleh pihak-pihak yang terkait, baik di tingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten, bahkan Kecamatan dan Desa. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu, instansi pemerintah, LSM dan Organisasi Sosial perlu untuk menyusun mekanisme, program jangka pendek dan jangka panjang, prosedur dan aturan yang bersifat standar


Sudah pada tempatnya apabila pemerintah berserta segenap lapisan masyarakat, bersama-sama menyadari bahwa mempersiapkan dan mencegah adalah bagian integral dari proses pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat, propinsi dan lokal. Dengan demikian sudah waktunya bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki suatu strategi nasional yang mencakup Kebijakan Stratejik dan Program yang berskala Nasional dalam rangka menghadapi ancaman bencana alam dalam konteks Mitigasi, Kesiapan dan Pencegahan (Strategies Policies and Programmes for Natural Disaster Mitigations, Preparedness and Prevention).

Dengan memiliki suatu strategi nasional di bidang mitigasi bencana alam, maka diharapkan untuk masa-masa mendatang apabila terjadi bencana serupa di Indonesia, maka dampak yang ditimbulkannya tidak akan cederung bertambah buruk. Dimasa mendatang jumlah kerusakan dan korban jiwa serta harta benda masyarakat akan berangsur-angsur dapat diperkecil dari waktu kewaktu.

Perkembangan Radio Komunitas SUARA PANGANDARAN Hari ini dan Kedepan.

Kehadiran Radio Komunitas SUARA PANGANDARAN yang awalnya diprakarsasi oleh KPID Jawa Barat, Jaringan Radio Komunitas Jawa Barat (JRK JABAR) WALHI JABAR, serta PPLP Pangandaran, perkembangannya cukup menggembirakan. Keberadaan radio ini mulanya sebagai bentuk respon atas pentingnya informasi yang murah, mudah dan cepat diakses masyarakat dalam masa tanggap darurat pada peristiwa gempa dan tsunami di pesisir selatan Jawa, khususnya Pangandaran dan Ciamis Selatan.

Dibalik musibah yang memilukan, ternyata ada hikmah. Masyarakat meyadari tentang pentingnya informasi kebencanaan, pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

Hadirnya Radio Komunitas SUARA PANGANDARAN ditengah-tengah masyarakat mendapat respon positip. Hal ini terlihat dari perkembangannya dari respon yang masuk dari masyarakat, baik lewat SMS, telepon, datang langsung ke radio untuk bertanya maupun dalam dialog yang diselenggaran secara live di radio. Terutama apabila terjadi gempa, gelombang pasang, maupun ketika mendengar isu-isu yang beredar tentang akan terjadinya bencana. Saat ini tidak kurang dari 300 orang pendengar aktif yang selalu berkomunikasi melalui media radio. Hal ini menunjukan bahwa sarana informasi tersebut di tingkat komunitas sangat dekat dengan penggunanya, yaitu warga komunitas. Ketika ada satu isu diangkat, disiarkan di radio, respon langsung tampak. warga, atau komunitas yang diwadahi oleh radio tersebut biasanya kemudian berusaha agar isu lain yang menjadi kepentingan mereka juga diangkat, misalnya dengan menulis surat atau datang langsung ke radio yang bersangkutan untuk menginformasikan hal tersebut.

Fenomena ini merupakan suatu indikator/gambaran positif untuk dijadikan sebagai Pusat Informasi dan pemberdayaan masyarakat. Kedepan melalui pengelolaan program yang edukatif, transpormatif dan transparan, Radio Komunitas SUARA PANGANDARAN dapat menjadi simpul informasi bagi anggota komunitasnya. Selanjutnya, Radio Komunitas ini dapat memicu terfasilitasinya Forum Warga setempat. Radio Komunitas juga dapat mengembangkan diri menjadi atau membuka jalan menuju terbentuknya community-based information center; learning center, di lokasinya. Learning community yang telah terbina akan ikut menyumbang pada terwujudnya local good governance melalui sharing pengetahuan dan pengawasan masyarakat yang sudah peka informasi.

Mengingat begitu signifikannya kehadiran Radio Komunitas untuk warga, harus ada kepastian bahwa Radio Komunitas pada perkembangannya nanti tidak dimanfaatkan oleh sekelompok orang saja, yang biasanya adalah kalangan elit di komunitas tersebut. Untuk itu, diperlukan perencanaan dan pengawalan yang tepat sehingga Radio Komunitas bisa betul-betul berbasis komunitas, dan bukannya berbasis program atau berbasis kepentingan politik dan ekonomi tertentu.

Perlu dukungan/partisipasi aktif dari semua pihak (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat)

Untuk mendukung optimalisasi pelayanan, diperlukan dukungan teknologi. Hal ini penting karena Radio Komunitas membutuhkan teknologi tepat (appropriate technology), sesuai dengan kondisi masing-masing komunitas. Ada komunitas yang lingkungannya datar, tapi banyak yang lokasinya bergunung-gunung, dan ada banyak juga yang pesisir. Ini semua memerlukan penanganan yang berbeda sebagai lokasi Radio Komunitas. Selanjutnya, Radio Komunitas akan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh komunitasnya secara terus menerus apabila program-programnya terkait langsung dengan (kebutuhan) masyarakatnya. Hal-hal lain yang merupakan supporting system dari Radio Komunitas adalah content, manajemen, rekruitmen/SDM, capacity building, pendanaan, keorganisasian dan sebagainya. Dalam mewujudkan hal ini diperlukan dukungan semua pihak. Pemerintah, swasta, masyarakat.

Radio Komunitas SUARA PANGANDARAN diharapkan akan menjadi sarana/media komunikasi bagi komunitas/masyarakat Pangandaran dan Ciamis Selatan. Terutama dalam informasi kebencanaan. Saat ini yang menjadi kendala , adalah terbatasnya peralatan yang dimiliki, sehingga tidak bisa mengudara selama 24 jam. . Tentu saja dukungan konkrit dari semua pihak sangat diperlukan untuk optimalisasi radio ini sebagai pusat informasi kebencanaan dan pemberdayaan masyarakat.

Terimas kasih

Didedikasikan kepada masyarakat Pangandaran dan sekitarnya, juga rasa terima kasih saya sampaikan kepada kawan-kawan crew Radio Suara Pangandaran 107’7 Fm dan para relawan yang telah bekerja keras tanpa pamrih dalam memperjuangkan hak-hak rakyat yang terpinggirkan oleh hiruk pikuk pembangunan yang tidak berpihak pada rakyat miskin. Yakinlah, bahwa Tuhan akan senantiasa bersama orang-orang yang berani menegakan kebenaran.

Tidak ada komentar: