KONSEP-KONSEP DASAR DALAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS
Selanjutnya, kompleksitas masyarakat terus meningkat, sementara itu interdependensi antara manusia, antara manusia dan kelompok, serta antara manusia dan berbagai sektor kehidupan, membuat semakin sulit bagi seorang individu untuk bekerja sendiri untuk mendorong perubahan. Dengan berkelompok atau berhimpun, kemudian membangun kerjasama, peluang untuk menyebabkan atau merangsang perubahan akan lebih besar. Gerakan perubahan dalam masyarakat, yang diupayakan oleh masyarakat sendiri dan diarahkan pada tercapainya kondisi ideal bagi masyarakat bersangkutan -apakah itu dalam sektor sosial, ekonomi, kesehatan, permukiman atau lainnya- dikenal dengan istilah Community Development. Dalam bahasa Indonesia, dapatlah kiranya kita sebut Pengembangan Komunitas.
PENGEMBANGAN KOMUNITAS
Untuk dapat memahami hakekat dari pengembangan komunitas, baiklah kita coba selami makna di belakang kata-kata yang terlibat dalam istilah tersebut.
- people, maksudnya sejumlah atau sekumpulan orang
- place yang dapat diterjemahkan sebagai tempat atau lokasi
- interaksi sosial di antara orang-orang di tempat/lokasi tersebut
- komunitas menjadi bagian dari jati diri anggota
- anggota merasa menjadi bagian atau milik dari komunitas.
Pengembangan
Pengembangan Komunitas
sekumpulan orang yang mendiami suatu lokalitas, berinisiatif untuk bersama-sama melakukan suatu proses aksi sosial untuk merubah situasi ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan mereka.
Arah utama dari pengembangan komunitas adalah membantu masyarakat untuk mampu berperan sebagai subyek dalam memperbaiki kondisi hidupnya sendiri.
Pengembangan komunitas memiliki tiga dimensi, yaitu: nilai, proses, dan stakeholders. Adapun dimensi nilai meliputi tiga komponen, yaitu:
- Partisipasi dan kolaborasi yang demokratis.
Pengembangan komunitas mempersyaratkan partisipasi semua pihak, yang berkepentingan, dan antara pihak-pihak tersebut dibangun kerjasama yang demokratis.
- Keadilan yang merata.
Setiap pihak yang terlibat, tentunya, memiliki kepentingan-kepentingan maupun kebutuhan yang khas. Pengembangan komunitas harus dapat mengangkat kebutuhan maupun kepentingan tersebut. Tidak ada pihak yang dimenangkan maupun dikalahkan.
- Self-determination
Setiap individu maupun kelompok yang terlibat dalam proses pengembangan komunitas hendaknya memiliki kepastian diri mengenai apa yang sedang dijalankannya. Kepastian diri ini juga menentukan kualitas keterlibatan dan kesediaan untuk memberikan andil pada proses yang sedang berlangsung.
Dimensi kedua adalah proses, yaitu perjalanan pembangunan atau pengembangan masyarakat tersebut. Proses tersebut bisa berupa penelitian, aksi sosial, aksi pembangunan atau intervensi. Dimensi terakhir adalah stakeholders; yakni individu dan komunitas serta semua pihak yang memiliki saham atau secara langsung berkepentingan dengan keluaran dari pengembangan komunitas tersebut. Dinamika antara ketiga dimensi inilah yang diharapkan akan mengarahkan pengembangan komunitas pada pemberdayaan (empowerment) komunitas.
Tema-tema Pengembangan Komunitas
Banyak jurnal Community Development mengulas tiga tema besar, yaitu self-help, technical assistance, dan konflik. Inti dari self-help adalah merangsang kesadaran komunitas akan kemampuannya sendiri untuk menolong diri sendiri. Tema dasar relasi antara fasilitator dan komunitas adalah mitra yang setara. Technical assistance lebih menekankan proses pembimbingan teknis dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tema dasar relasi antara konsultan dan komunitas adalah kepakaran dan klien, jadi mengacu pada keahlian konsultan. Tema konflik bermaksud untuk menajamkan perbedaan antara kelompok dalam suatu isu tertentu. Pihak yang berada pada posisi "merugi" akan memperjuangkan hak-haknya melalui proses yang terentang antara negosiasi sampai benturan.
Secara sederhana, perbedaan antara ketiga tema dapat diturunkan kedalam
tabel berikut:
Tema | Asumsi | Peran Agen Perubahan | Orientasi | Kecepatan Proses | Kesinam-bungan |
Self help | Bekerja bersama masyarakat untuk dapat memperbaiki keadaan | Fasilitator, edukator | Proses | lamban | Sangat baik |
Technical assistance | Penasehat, konsultan | Tugas | sedang | baik | |
Konflik | Penekanan yang normatif pada keadilan. Menekankan pada polarisasi kelompok berdasarkan isu dan menstimulasi antar kelompok. | Organisator, advokat | Proses dan tugas | cepat | lemah |
SELF-HELP: PERKEMBANGAN DALAM VERSUS DARI KOMUNITAS
Tema ini adalah tema pengembangan komunitas yang paling mendasar dan menjamin pemberdayaan yang berkesinambungan. Self-help merepresentasikan dua
hal yang saling lekat berkait:
1. diharapkan dapat memperbaiki kondisi kehidupan, fasilitas, dan/atau jasa bagi masyarakat
2. menekankan bahwa proses perbaikan adalah esensial bagi pembangunan komunitas. Hasil akhir yang diharapkan adalah bahwa komunitas yang berkembang (developed community) mengalami, baik perbaikan maupun perasaan berkemampuan atau berdaya.
Dengan demikian, segi proses menjadi sangat penting, karena proses tersebut
Istilah empowerment atau pemberdayaan, akhir-akhir ini telah menjadi jargon pembangunan yang maknanya semakin bias. Pemberdayaan seringkali digunakan dalam konteks membangun masyarakat, dimana masyarakat diletakkan pada posisi pasif, menerima, dan sebagai obyek. Sementara itu, subyek aktifnya tak lain adalah fasilitator atau konsultan. Pada situasi demikian, nilai-nilai dasar dari pembangunan komunitas, yaitu kolaborasi, keadilan yang merata dan self-determination, tidak lagi dapat dijamin keberadaannya. Perasaan berdaya hanya dialami oleh fasilitator, bukan oleh masyarakat, karena tema relasi yang terjadi antara fasilitator dan masyarakat mengembangkan ketergantungan masyarakat pada fasilitator. Jelas, ini bukan pemberdayaan yang sesungguhnya.
PARTISIPASI
Pada dasarnya partisipasi berarti ikut serta atau ikut, ambil bagian. Dalam kegiatan pembangunan permukiman, partisipasi masyarakat dapat dibagi ke dalam empat jenis
- partisipasi di tingkat pekerjaan fisik pembangunan,
- partisipasi di tingkat pembiayaan pembangunan
- partisipasi di tingkat infrastruktur lokal
- partisipasi penuh sejak tahap perencanaan sampai pembangunan fisik.
Dalam konteks Pengembangan Komunitas dengan model self-help, maka partisipasi yang diharapkan dari masyarakat adalah partisipasi jenis ke empat. Uraian berikut akan lebih memperjelas perbedaan antara keempat jenis partisipasi. Dilanjutkan dengan bagian mengenai proses partisipasi. Hingga timbul kesediaan untuk berpartisipasi, seseorang atau suatu kelompok akan melalui proses yang khas. Pada bagian terakhir akan dipaparkan proses pengembangan kemampuan berpartisipasi (participatory competence) pada tingkat individu maupun kelompok.
Empat Tipe Partisipasi
Masyarakat dianggap sudah berpartisipasi jika mereka bersedia memberikan tenaga kerja gratis, misalnya sebagai pekerja kasar atau menyumbang bahan bangunan dengan semangat "swasembada" untuk membangun jalan desa. Peran yang diberikan pada penduduk adalah sebagai tenaga kuli -mengangkut, menggotong, menggali dan sebagainya. Sementara tugas-tugas pintar yang melibatkan pemikiran -melakukan survey, merencanakan, merancang- dikerjakan sepenuhnya oleh para insinyur atau tenaga ahli.
Pola kerja ini berbiaya murah. Sayangnya, biaya murah merupakan keuntungan satu-satunya. Sebagian orang beranggapan bahwa masyarakat tentu merasa ikut memiliki Proyek yang tengah dibangun. Bukankah mereka telah menyumbangkan banyak tenaga untuk pembangunan jalan? Masyarakat tentu merasa bangga dan akan berupaya memelihara proyek tersebut. Sanggahan terhadap pendapat ini menyatakan bahwa kebanggaan lebih banyak tergantung pada apa yang menjadi prioritas mereka. Bila proyek tersebut tidak bersentuhan dengan prioritas mereka, maka tenaga tersebut diberikan secara sukapaksa -bukan sukarela. Jika demikian halnya, rasa turut memiliki tersebut akan segera padam dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
- Partisipasi Berbagi Biaya (Cost-sharing)
Bagi sebagian orang, persoalannya bukan sekadar bagaimana menekan biaya. Kesediaan masyarakat untuk menanggung biaya pemeliharaan hasil proyek (misalnya dengan membayar upah tukang batu setempat) mungkin dapat dianggap sebagai salah satu indikasi bahwa mereka menghargai dan bersedia memeliharanya. Pendapat lain mengatakan bahwa kesediaan untuk memelihara
belum tentu merupakan indikator yang andal. Contohnya proyek pengadaan kebutuhan air bersih di permukiman komunitas miskin. Ternyata keputusan yang diambil tidak melibatkan kaum perempuan. Pada saat terjadi kerusakan mereka cenderung kembali menggunakan sumber air lama, bukannya melakukan perbaikan.
Pandangan lain, yang tidak puas dengan kedua konsep diatas. Daripada memberikan penekanan pada masalah biaya, lebih baik melakukan berbagai usaha untuk memantapkan paling tidak satu infrastruktur setempat, untuk mengelola dan memelihara proyek. Menurut titik pandang ini, infrastruktur tersebut akan mampu menggerakkan dan mempertahankan dukungan setempat. Perancang proyek dapat berkonsentrasi pada tiga elemen: kepemimpinan setempat, panitia setempat dan sukarelawan yang direkrut dari penduduk. Asumsinya:
§ keterlibatan pimpinan lokal (kepala desa) akan memudahkan legitimasi proyek
§ panitia sete ' mpat mampu mempromosikan, mengelola, dan memantau kontribusi dan penggunaan hasil proyek
§ melalui pelatihan bagi sukarelawan, dapat dilakukan alih teknologi pada masyarakat.
Agar lebih formal dan mengikat, dibuatlah sebuah kontrak. Dalam kontrak dijabarkan secara rinci peran dan tanggung jawab yang dituntut dari masing-masing pihak (misalnya pemerintah dan masyarakat). Masyarakat mempunyai pilihan untuk menerima atau menolak butir-butir yang tercantum dalam kontrak atau merundingkan beberapa perubahan. Diasumsikan dengan memberikan peran pengelolaan pada masyarakat, maka butir-butir yang tertulis di kontrak dapat dipenuhi. Pertanyaannya, apakah pendekatan ini cukup melibatkan penduduk pada umumnya? Selalu ada kemungkinan bahwa kontrak yang telah dirundingkan dengan pemimpin lokal dan diumumkan dalam pertemuan dengan penduduk desa, belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat secara keseluruhan. Karena itu tidak mengherankan bila setelah beberapa lama sumbangan dari masyarakat akan menurun. Membentuk panitia langsung setelah rembug komunitas juga mengandung risiko, orang yang paling tepat atau paling mewakili desa mungkin tidak dilibatkan. Atau orang yang terlanjur ditunjuk kemudian mengundurkan diri.
Partisipasi Pengambilan Keputusan oleh Masyarakat
Melihat banyak masalah yang timbul seperti dikemukakan di atas, terlihat adanya
kebutuhan untuk membangun rasa tanggung jawab di kalangan masyarakat untuk
menggunakan dan memelihara sistem dan bangunan yang sudah didirikan.
Memang benar bahwa pengadaan biaya, keberadaan serta dukungan lembaga lokal adalah penting. Namun sungguh jelas bahwa ukuran-ukuran yang dikemukakan di atas belum cukup untuk memperoleh komitmen yang sungguh-sungguh dan dukungan dari segenap masyarakat. Syarat lain yang perlu dipenuhi adalah proses pendidikan partisipatif untuk masyarakat serta pelibatan masyarakat yang lebih luas dalam pengambilan keputusan sejak awal proyek.
Sebagian orang meragukan pendekatan ini dapat digunakan dalam skala besar. Alasannya, staf lapangan tidak mempunyai bekal (keahlian, sumberdaya) untuk melibatkan orang dengan cara ini. Lagipula pelatihan partisipatif yang dilakukan akan memakan waktu sangat lama, sulit, dan mahal. Namun para pendukung konsep partisipasi masyarakat menyatakan bahwa jika mengingat keuntungan jangka panjangnya, pelatihan partisipatif merupakan investasi yang tidak terlalu mahal atau sulit dilaksanakan.
Penyadaran Partisipasi Pada Individu
Proses dari merasa sendirian dalam keadaan tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan (powerless), menjadi merasa mampu untuk ambil bagian dalam kelompok (kompetensi partisipasi tak lain adalah proses menjadi berdaya. Pada level individu, proses pemberdayaan mengikuti tahap-tahap berikut:
Pada tahap ini individu belum merasa pasti tentang partisipasinya dalam kelompok. Namun demikian, individu menyadari pentingnya kelompok dalam upaya mengatasi permasalahan atau isu yang sedang dihadapi. Keterlibatan dalam kelompok masih didasari oleh keinginan coba-coba. Sepanjang tahap ini, individu dituntut untuk merubah perasaan segan pada sistem dan otoritas menjadi perasaan setara. Dengan demikian individu belajar bahwa sistem dan otoritas seharusnya berfungsi sebagai penunjang terciptanya kesejahteraan masyarakat.
- Tahap lanjut.
Terdapat tiga aspek utama yang terjadi pada tahap ini, yaitu pemahaman relasi belajar dengan fasilitator, internalisasi efek pemberdayaan seiring dengan relasi yang intensif dengan kelompok, dan bertambahnya wawasan tentang relasi politis dan sosial dengan pihak atau,kelompok lainnya, Pada tahap ini, fasilitator menjadi cermin bagi individu-individu. sehingga mereka bisa melihat dan menggali kemampuan-kemampuannya sendiri. Dengan demikian, individu berani mengambil tanggung jawab dalam kelompok. Selain itu, fasilitator pun diharapkan untuk dapat mengangkat fungsi kelompok sebagai tempat berbagi, menemukan dukungan, dan wadah untuk mempelajari keterampilan organisasi dan politik.
Pada perioda ini, konsep diri, kemampuan strategik, dan pemahaman kritis terhadap situasi, berada dalam proses pematangan. Keterampilan berorganisasi, kepemimpinan, dan keterampilan bertahan (survival skills), semakin terlihat bentuknya. Melalui perjuangan yang terus berlangsung, individu-individu belajar menghadapi batas-batas struktural dan institusional yang menindas atau menghambat tercapainya self-determination. Tahap ini sangat memerlukan kesabaran maupun ketahanan, baik bagi fasilitator maupun bagi individu-individu bersangkutan. Frustrasi adalah gejala yang lumrah, dan karena itu kemungkinan drop-out juga menjadi besar. Bila individu-individu berhasil mengatasi berbagai hambatan dalam tahap ini, kompetensi partisipasi secara perlahan menjadi bagian dalann keberadaan individu.
Pada tahap ini individu berusaha untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru ke dalam realita dan struktur kesehariannya. Mereka yang berhasil mengembangkan kesadaran akan kompetensi partisipasi adalah mereka yang berhasil merekonstruksi kesadarannya akan dirinya dalam relasi dengan dunia politik. Dengan demikian, sifat partisipasinya tidak lagi hanya terbatas pada kelompok kecil, tapi pada kelompok komunitas yang lebih besar. Yang lebih menarik adalah bahwa keberhasilan pada tahap ini menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat yang lebih luas.
Proses Pembentukan Kompetensi Partisipatif Pada Kelompok
Pada level kelompok. maka terbentuknya kesediaan untuk berpartisipasi akan melalui tahap-tahap:
1. Denunciation
Adalah tak lain dari penyadaran. Pada tahap ini, dilakukan upaya untuk mencerminkan kondisi aktual kelompok. Untuk mendapatkan fakta akurat, biasanya digunakan community and need assessment. Tidak jarang, kelompok menyangkal adanya masalah. Biasanya terjadi karena kelompok mempersepsinya sebagai sesuatu yang mustahil untuk diatasi. Kelompok merasa tidak berdaya.
2. Tahap Pertukaran Informasi
Suatu tahap di mana kelompok menggali lebih jauh kondisi aktual mereka dengan menghimpun informasi dari kelompok-kelompok lain yang dianggap berpengalaman maupun kelompok yang dianggap relevan dengan masalah yang dihadapi.
3. Tahap pemanasan.
Yaitu tahap dimana kelompok melakukan tindakan-tindakan yang memicu keinginan untuk bersama-sanna mengatasi permasalahan yang telah diketahui duduk persoalannya. Misalnya dengan aktivitas saling mempengaruhi, sama-sama mempelajari informasi yang telah diterima, merumuskan permasalahan, mendaftarkan kekuatan dan kelemahan kelompok, dan lain-lain.
4. Annunciation,
Kelompok mulai duduk bersama membuat rencana aksi (action plan).
Empat tahap ini baru merupakan langkah kanan menuju partisipasi, berikutnya adalah
aksi nyata untuk mendorong terjadinya perubahan.
1 komentar:
mantap jasa Makasih ya infonya
Bagi yang memiliki online shop dan ingin membuat website toko online lengkap, desain menarik, gratis penyebaran, SEO, Backlink, agar usaha nya mudah ditemukan banyak pembeli di internet, sehingga bisa meningkatkan penjualan, klik ya.. Jasa Pembuatan Website Toko Online Murah
Pusat Penjualan Hijab Jilbab Kerudung Terbaru harga termurah di Indonsia : Grosir Jilbab Murah di Indonesia.
Posting Komentar