BANDUNG--Kondisi lingkungan di Kota Bandung, khususnya udara dan air, dari tahun ke tahun kian memprihatinkan. Hal tersebut terlihat dari peningkatan suhu yang luar biasa dan penurunan kualitas air dan kuantitasnya.
Data yang diperoleh Republika dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar, dalam tiga tahun terakhir ini terjadi peningkatan suhu udara yang tinggi di Kota Bandung. Suhu tersebut mencapai di atas 29 derajat Celsius (tiap tahun terjadi peningkatan dua derajat celsius). Padahal pada rentang waktu 1995 hingga 2005, temperatur udara relatif stabil, sebesar 23 derajat Celsius.
Sementara tingkat pencemaran udara pun makin memprihatinkan. Hal tersebut ditunjukkan dengan melebihinya baku mutu (BM) beberapa kandungan gas berbahaya yang berasal dari kendaraan, industri, dan pembakaran sampah seperti SO2, NO2, dan HC.
Kondisi yang sama terjadi pada kualitas air, penurunan Muka Air Tanah (MAT) pada sumur pantau periode Juli 1996 sampai dengan Juli 2005 mencapai minus 0,01-1,20 meter per bulan. Sedangkan air tanah dangkal (kedalaman 140 meter), mengalami penurunan 1-10 meter. Kualitas air juga terus mengalami penurunan. Separuh dari sumur gali dan sumur pompa di Kota Bandung tidak memenuhi syarat sebagai air bersih.
''Perlu penanganan yang serius terhadap kondisi lingkungan Kota Bandung yang makin rusak,'' kata Kepala Divisi Kampanye dan Advokasi Walhi Jabar, Dadang Sudardja, kepada Republika, Jumat (23/11). Data dan fakta penurunan kualitas lingkungan di Kota Bandung, ujar dia, harus menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
Menurut Dadang, dengan kondisi tersebut, secara langsung maupun tidak akan berdampak pada masyarakat. ''Saya ambil contoh hasil riset baru-baru ini memperlihatkan enam dari sepuluh anak SD di Kota Bandung memiliki kandungan timbel (Pb) di atas 10 mikrogam/dcl. Dampaknya jelas berpengaruh pada perkembangan anak,'' ujar dia. rig
Rabu, 19 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar