Rabu, 19 Desember 2007
Awas, Jabar juga Rawan Bencana!
SEKELIMUS, (GM).-Masyarakat Jawa Barat harus tetap waspada. Sebab, potensi bencana alam seperti banjir, tsunami, dan longsor cukup besar. Kerusakan lingkungan dan struktur tanah yang labil salah satu penyebabnya.Menurut Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jabar, Dadang Sudardja, seluruh kabupaten/kota di Jabar sangat rawan mengalami bencana cukup besar. Masyarakat yang berada di daerah rawan longsor diharapkan selalu waspada dan membekali diri dengan pengetahuan yang berkenaan dengan bencana alam."Potensi tanah longsor dan banjir di Jabar cukup besar. Karena iklim fluktuatif dan tidak bisa diprediksikan dengan tepat, masyarakat terutama di kawasan rawan banjir atau longsor harus waspada," ujar Dadang saat dihubungi melalui telepon selulernya, Sabtu (3/3).Beberapa daerah di Jabar yang memiliki potensi longsor, kata Dadang, di antaranya Kab. Bandung, yakni Cimaung, Pangalengan, Paseh, Arjasari, Cililin, dan Cipongkor. Sedangkan Kota Cimahi adalah Cimahi Selatan dan Cimahi Utara. Kab. Bogor di antaranya Kec. Nanggung, Cibungbulang, Cijeruk, dan Cisarua serta daerah lainnnya. Sedangkan Kota Bandung merupakan daerah rawan banjir."Kondisi tanah yang labil dan kerusakan lingkungan mempengaruhi terjadinya bencana alam. Untuk itu, masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana harus mengetahui kondisi lingkungannya dan tetap waspada," tuturnya.Tak hanya tahu kondisi lingkungan, lanjut Dadang, masyarakat pun harus memiliki pengetahuan mengenai convergency disaster (bencana), atau lebih jauh memiliki kemampuan dalam penyelamatan diri dan tanggap darurat. "Pengetahuan masyarakat akan bencana masih rendah. Untuk itu, perlu ada sosialisasi dari pemerintah," ungkapnya.InformasiIa mengatakan, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana seharusnya sudah mengenali tanda-tanda bencana. Namun, umumnya masyarakat baru tahu ada bencana bila sudah terjadi. "Masyarakat selama ini hanya diberi tahu soal ramalan cuaca saja. Sedangkan kondisi dan cara untuk menghadapi bencana tidak pernah diinformasikan. Seharusnya, pemerintah atau instansi terkait terus memberikan informasi mengenai kondisi suatu daerah dan mengajak masyarakat untuk menghadapinya," ungkap Dadang.Paling tidak, untuk menghadapi bencana, masyarakat mengetahui tempat informasi atau konfirmasi. "Yang paling penting, masyarakat tahu kondisi lingkungannya dan pemerintah menyosialisasikan serta memberi pengetahuan tentang bencana," ungkapnya sembari menambahkan, di Jabar tidak terdapat lembaga khusus yang memberikan pengetahuan dan kemampuan untuk menghadapi bencana. (B.95)**
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar